Sultan Muhammad Salahuddin Pahlawan Nasional, Buah Upaya Masyarakat Bima

Akademisi dan Sejarawan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Dr. H. Muslimin AR Effendy, M.A.,

Gardaasakota.com.-Akademisi dan Sejarawan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Dr. H. Muslimin AR Effendy, M.A., yang juga termasuk salah seorang penulis naskah akademik pengusulan nama Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional tidak dapat menyimpan rasa harunya mengingat jasa-jasa almarhumah Dr.Hj.St. Maryam R.Salahuddin yang tak pernah lelah berusaha agar ayahnya itu memperoleh penganugerahan gelar Pahlawan Nasional.

“Pertama-tama saya mengucapkan selamat atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Sultan Muhammad Salahuddin oleh Presiden Prabowo Subianto,” ujar Dr. Muslimin AR Effendy, M.A., ditemui media di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, 10 November 2025.

Dr. Muslimin mengatakan, pemerolehan gelar Pahlawan Nasional ini merupakan buah dari upaya yang sudah dilakukan masyarakat, Pemda Kabupaten/Kota Bima dan Provinsi Nusa Tenggara Barat mengajukan nama almarhum.

“Sejak tahun 2012 kita menggelar seminar yang saya hadiri, bersama Dr. Anhar Gonggong, Prof. Dr. Dusanto Zuhdi, M.Hum (Sejarawan UI), Mona Lohanda (Asriparis, Sejarawan Arsip Nasional Republik Indonesian –ANRI), dan Brigjen TNI (Purn.) Abdul Kadir (Ketua Dewan Harian Daerah 45 NTB),” kenang Dr.Muslimin AR Effendy, M.A.

Dulu, kata Dr. Muslimin, sempat mengemuka beberapa pertimbangan, apa alasan beliau ini diusulkan sebagai Pahlawan nasional.

Pertama, melihat dedikasinya, pengabdiannya, terutama dalam bidang pendidikan dan agama. Dua hal itu yang mendorong kita untuk mengusulkan beliau. Unsur-unsur lebih yang dimiliki beliau dan hal-hal yang luar biasa dalam pengembangan agama dan pendidikan.

“Kalau dari sisi yang lain, saya kira itu berkaitan. Misalnya, pada tahun 1946, beliau dengan beberapa Sultan di Pulau Sumbawa membuat pernyataan untuk keluar dari Negara Indonesia Timur (setelah Konferensi Malino pada tanggal 16 s.d. 25 Juli 1946),” ujar Dr.Muslimin.

Namun bukan persoalan itu saja sebetulnya, penghargaan masyarakat yang luar biasa kepada tokoh ini. Antara lain, pemberian nama Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Palibelo Bima, nama jalan, dan nama masjid besar di dekat istana, meskipun masjid itu dibangun oleh Sultan Abdul Hamid.

Itu menunjukkan bagaimana besarnya penghargaan masyarakat Bima terhadap almarhum yang kita juluki sebagai “Ma kidi agama” (menegakkan agama).

“Itu merupakan satu bentuk apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Bima, Sekali lagi kita menyambut baik, yang sudah lama. Hampir 13 tahun kita menanti dengan berbagai kegiatan yang dilakukan panitia maupun Pemda dan masyarakat Bima, ”kata Dr.Muslimin.

Dr. Muslimin AR Effendy saat mengenang perjuangan almarhumah Dr.Hj. St. Maryam R.Salahuddin merasa terharu. Almarhum adalah putri dari Muhammad Salahuddin.

“Saya ingat betul, tim ‘bergerilya’ kiri kanan untuk mencari sumbangan permohonan dana yang justru waktu itu Bupati Bima tidak memberikan bantuan yang memadai.

Kita akhirnya bertemu dengan Pak Walikota, H. Qurais H. Abidin yang memberikan sumbangan yang luar biasa,” kata Dr. Muslimin AR Effendy, M.A.

Menurut Dr. Muslimin, kita patut memberikan pujian dan acungan jempol kepada beberapa tokoh yang mendukung pelaksanaan kegiatan seminar untuk pengusulan nama Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional.

Oleh karena itu, penghargaan gelar Pahlawan Nasional ini menjadi milik bersama masyarakat Bima pada umumnya dan menjadi unsur pemersatu di antara kita.

“Kita jangan lagi melihat sisi negatif apa dilakukan oleh almarhum. Apa yang dilakukan oleh Ibu Dr,Hj.St.Maryam R.Salahuddin dan kawan-kawan dan keluarga Kesultanan Bima, merupakan bagian dari upaya menghadirkan tokoh nasional di Kabupaten Bima. Saya pikir, kita patut berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada pemerintah kabupaten dan kota Bima.

Lagi-lagi saya ingin mengenang jasa yang diletakkan oleh Sultan Muhammad Salahuddin, tetapi juga Ibu Maryam R.Salahuddin. Saya ingat betul, beliau sudah sekian lama memperjuangkan ini dengan dana pribadinya yang pada akhirnya beliau sendiri tidak dapat menikmati hasil jerih payahnya sekarang.

Kita patut memberikan penghormatan yang tinggi kepada Ibu Maryam Salahuddin. Keduanya adalah orang yang berjasa,” ujar Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Unhas tersebut dalam percakapan di depan kantornya di FIB Unhas.

Ibu Maryam telah mendapat anugerah dari pemerintah berupa Bintang Kebudayaan. Ini pun merupakan satu bentuk penghargaan yang tinggi dari Republik Indonesia atas dedikasinya dalam memajukan dan memelihara pelestarian kebudayaan di Indonesia.

“Pemerintah Kabupaten dan Kota Bima ada baiknya menggelar acara syukuran sehubungan dengan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional terhadap Sultan Muhammad Salahuddin ini,” kunci Dr.Muslimin sebelum memasuki ruangan untuk menguji mahasiswanya. (GA. Mda*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page