Gardaasakota.com.-Sorak-sorai penonton memenuhi Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram pada Kamis, 31 Juli 2025, saat final lomba senam pernapasan INORGA PORPI (Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia) digelar dengan gegap gempita. Event prestisius dalam rangka Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII ini sukses menyedot perhatian publik, menegaskan posisi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai tuan rumah yang tidak hanya siap, tetapi juga membanggakan.
Tampil dalam format beregu, kompetisi ini menghadirkan 36 tim terbaik dari berbagai provinsi, yang bertanding penuh semangat dalam kategori usia remaja hingga lansia.
Sekretaris Pelaksana Lomba, Elvi Yamis, menyampaikan bahwa lebih dari 240 peserta individu dan 180 peserta beregu turut ambil bagian, mencerminkan antusiasme luar biasa dari seluruh penjuru Indonesia.
“Dari total 36 regu, kami membaginya menjadi tiga kategori: 8 regu remaja, 14 regu usia di bawah 50 tahun, dan 14 regu usia 50 tahun ke atas. Masing-masing regu beranggotakan lima orang. Ini menunjukkan betapa olahraga pernapasan telah menjadi gaya hidup lintas generasi,” jelas Elvi.
Penilaian dalam lomba ini dilakukan secara ketat dan profesional, mengacu pada standar nasional PORPI. Para peserta harus menampilkan senam baku dengan presisi teknik, keseragaman kostum, serta penampilan panggung yang harmonis. Tidak tanggung-tanggung, satu peserta bisa membawakan hingga tiga jenis senam sekaligus: senam dasar, senam kreasi, dan senam khas PORPI, dengan durasi mencapai 17 menit per sesi.
Yang tak kalah menginspirasi adalah kehadiran tim NTB dari Lombok Utara, yang untuk pertama kalinya memberanikan diri tampil di panggung nasional. Pelatih tim, Enawati, menceritakan perjuangan timnya yang berlatih mandiri dengan segala keterbatasan. “Kami hanya dapat bantuan Rp3,5 juta dari KORMI kabupaten untuk kostum, sementara kebutuhan mencapai lebih dari Rp5 juta. Selebihnya kami swadaya, bahkan belajar senam dari YouTube,” ungkapnya.
Meski hasil akhir belum diumumkan, Enawati menegaskan bahwa partisipasi mereka adalah kemenangan tersendiri. “Kami mungkin belum tahu soal medali, tapi kami bangga bisa mewakili NTB. Ini pengalaman pertama yang luar biasa dan akan jadi pijakan untuk tampil lebih siap di masa depan,” katanya penuh haru.
Dari sisi kompetisi, provinsi-provinsi besar seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat masih mendominasi perolehan medali. Namun semangat dan sportivitas tinggi dari daerah seperti NTB menunjukkan bahwa potensi besar tersebar merata di seluruh Nusantara.
Dengan waktu persiapan yang kurang dari satu bulan dan dukungan finansial yang terbatas, mereka mengaku sangat antusias mengikuti lomba dengan penuh energi. “Kami berharap ke depan, olahraga pernapasan mendapatkan perhatian lebih. Bukan hanya sebagai cabang kompetitif, tapi juga bagian dari gaya hidup sehat yang bisa dinikmati semua kalangan,” tutup Enawati.
Event ini bukan sekadar kompetisi, tapi selebrasi semangat olahraga rekreasi dan kebangkitan NTB di panggung nasional. FORNAS VIII tak hanya menjadi ajang adu kemampuan, tetapi juga panggung kebersamaan, dedikasi, dan inspirasi bagi seluruh bangsa. (GA. Ese*)