H. Sofwan, S.H., M.Hum: Pemkot Bima Talangi Biaya Pengusulan 

H. Sofwan, S.H.,M.Hum,

Gardaasakota.com.-Salah seorang yang mendampingi Dr. Hj. St Maryam R. Salahuddin ketika mempersiapkan pengusulan nama Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional adalah H. Sofwan, S.H.,M.Hum, yang ketika itu menjabat Dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), bersama H.Israfil, S.H.,M.H.

“Pada awalnya persiapan pengusulan itu ada beberapa tahap, termasuk seminar yang diadakan di Gedung Sangkareang Kantor Gubernur NTB di Mataram. Seminar itu menghadirkan sejarawan dari UI dan juga Henri Chamber Loir, yang menulis ‘Bo’Sangaji Kai’ bersama Ibu Maryam Salahuddin, ” ujar Sofwan saat dihubungi melalui telepon dalam perjalanan darat dari Bima ke Mataram, Senin (10/11/2025), kemudian menambahkan, “saya juga mendapat hadiah buku dari Henri Chamber Loir waktu itu”.

Seminar itu, kata Sofwan, untuk mengungkapkan peran Sultan Muhammad Salahuddin dalam kaitannya dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

“Bahkan saya sering naik bus ke Bima bersama H. Israfil guna membantu almarhumah Dr. Hj. St.Maryam demi melengkapi semua bahan pengusulan gelar Pahlaman Nasional bagi Sultan Muhammad Sakahuddin.

Waktu itu disusun buku, bertiga, Ruma Mary, saya, dan Pak Israfil yang kini sedang kurang sehat, ” ujar mantan Wakil Dekan III Fakultas Hukum Unhas tersebut.

Setelah diusulkan itu yang keluar bukan Pahlawan Nasional, melainkan penerima gelar Bintang Mahaputra Adipradana pada tahun 2019 yang diterima langsung Ibu Dr. Maryam Salahuddin di Istana Negara.

Sebab, dalam pengusulan tersebut harus berkomunikasi dan panitia sembilan yang berwewenang menentukan calon penerima gelar, termasuk Sejarawan Prof. Dr. Anhar Gonggong yang banyak membantu dan hadir dalam seminar serta memberi kontribusi pemikiran yang cukup signifikan dalam pengusulan gelar.

Soal “nika baronta” yang konon dimasukkan dalam pengusulan itu sesuai penjelasan Dr. Dewi Ratna Muchlisa, kata Sofwan, diperlukan untuk membuktikan peran Sultan Muhammad Salahuddin dalam melindungan rakyat Bima dari penjajahan, khususnya perempuan dari tindakan penjajah Jepang.

“Sebenarnya, lebih dulu kita mengusulkan Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional dibandingkan Tuan Guru Abdul Madjid dari Lombok Timur. Kita ‘disalib” waktu itu. Lagipula, Tuan Guru Bajang (TGB) — Zainul Majdi, serius memperjuangkannya,” ujar Sofwan.

Ketika awal-awal kesibukan pengusulan, sebut Sofwan, Ibu Dewi Ratna Muchlisa tidak termasuk dalam panitia. Ketika itu, Ibu Dr.Hj.St. Maryam Salahuddin memfokuskan dia melanjutkan pendidikan dalam rangka meneruskan apa yang dilaksanakan Ruma Mary (Ibu Maryam Salahuddin). Ibu Mary merasa, kalau dia (Dewi Ratna Muchlisa) tidak melanjutkan pendidikan, maka takut tidak ada yang melanjutkan menjaga naskah-naskah kuno tersebut.

“Sehingga, Dewi difokuskan ke situ,” ujar Sofwan sambil menambahkan, sering juga berdiskusi dengan Dewi ketika itu.

Ruma Mary menegaskan, hanya Dewi yang bisa dia harapkan menjaga dan melanjutkan upaya pemeliharaan naskah-naskah kuno Bima yang sudah ditekuni hingga akhir khayatnya.

Dewi, imbuh Sofwan, banting stir. Dari Sarjana Ekonomi Manajemen Universitas Islam Indonesia (2000), dia melanjutkan pendidikan ke Magister Ilmu Sastra (Unpad, 2010). Dewi berhasil meraih gelar Doktor dalam Ilmu Filologi dengan judul disertasi “Prahara di Manggarai dalam Bo’ Abdul Kadim: Kajian, Filologi, Sejarah, dan Politik” di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung 30 April 2025.

Menurut Sofwan dengan latar belakang pendidikan S-2 dan S-3 tersebut, Dewi diharapkan dapat menangani masalah pernaskahan di Museum Samparaja Bima.

“Itulah sebabnya, pada waktu itu Ibu Dewi tidak diganggu dulu, dilibatkan dalam persiapan naskah pengusulan Sultan Muhammad Salahuddin,” ujar Sofwan dan menambahkan, kini Museum Samparaja sudah berubah.

Sofwan juga mengakui, pada awal kegiatan pengusulan yang dilanjutkan dengan seminar, panitia kecil membutuhkan dana. Suatu malam Ruma Mary, H.Israfil, dan dia menyambangi Pendopo Bupati Bima di sebelah utara Lapangan Merdeka Bima (Sera Suba) untuk bertemu Bupati Bima Fery Zulkarnain (alm.). Namun melihat kehadiran tim kurang direspon, akhirnya mereka meninggalkan pendopo.

Keesokan hari, tim mengunjungi Wali Kota Bima H. Qurais H.Abidin. Sekretaris Wali Kota pun melapor ke Wali Kota perihal kedatangan Ruma Mary dan tim kecilnya.

“Apa yang bisa saya bantu, Ruma,” ujar Pak Qurais kepada Ruma Mary saat bertemu, seperti dikisahkan kembali oleh Sofwan.

“Ya, kita membutuhkan dana Rp 100 juta untuk melanjutkan pengusulan nama Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional,” ucap Ruma Mary, masih menurut Sofwan.

“Kalau begitu, begini saja. Bapak Bupati Bima Rp 50 juta, saya Rp 50 juta. Saya transfer sekarang dan langsung dipenuhi pada hari itu juga oleh Wali Kota Bima. Dana itulah yang digunakan untuk melanjutkan kegiatan seminar dll, untuk kepentingan pengusulan tersebut,” kata Sofwan.

Sofwan menilai, Pak Qurais betul-betul sangat merespon kegiatan kita waktu itu.

“Tidak bisa dilupakan jasa beliau dalam kaitannya dengan pengusulan Pahlawan Nasional bagi Sultan Muhammad Salahuddin,” imbuh Sofwan.

Pada pertemuan dengan Pak Qurais, Sofwan mengatakan, bahwa tim bolak-balik Mataram-Bima karena merasa sebagai suatu kebanggaan bagi kita semua warga Buma untuk mengurus pengusulan Sultan Muhammad Salahuddin sebagai Pahlawan Nasional. Semua nama fasilitas umum, tim masukkan dengan berbagai alasan demi melengkapi naskah pengusulan.

Setelah menunggu beberapa tahun tidak ada kabar berita mengenai pengusulan tersebut, menurut Sofwan, Dewi Ratna Muchlisa yang sedang menempuh pendidikan di Unpad Bandung memiliki kesempatan bertemu dengan sosok-sosok yang diperkirakan memiliki kewenangan dalam mengegolkan pengusulan Pahlawan Nasional itu.

“Saya kira, Dewi memiliki komunikasi yang bagus dengan mereka itu, karena dalam urusan seperti ini selain kelengkapan syarat, juga diperlukan ada upaya khusus. Pasalnya, daerah lain pun berebutan mengegolkan calonnya menjadi Pahlawan Nasional,” kunci Sofwan. (GA. Mda*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page