Ilmu dan adab merupakan dua aspek penting dalam pembentukan karakter manusia. Dalam perspektif Islam, adab bahkan lebih diutamakan daripada ilmu. Hal ini karena ilmu tanpa adab berpotensi menimbulkan kerusakan, sedangkan adab dapat menjadi pengendali bagi ilmu agar memberi manfaat.
Generasi muda sebagai penerus bangsa kini menghadapi tantangan serius berupa degradasi akhlak, yang salah satunya diakibatkan oleh kurangnya penanaman adab dalam pendidikan maupun kehidupan sosial.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas pentingnya adab dibandingkan ilmu, menganalisis fenomena akhlak generasi muda masa kini, serta menguraikan akibat yang ditimbulkan dari kurangnya adab dalam kehidupan pribadi, sosial, dan peradaban.
Penulis mengutip perspektif dua ulama yang masyhur yaitu Imam Malik dan Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Imam Malik pernah berkata: “Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.” (Ibnul Mubarak, Kitab az-Zuhd).
Pandangan ini menegaskan bahwa adab merupakan prasyarat penting dalam menuntut ilmu. Ibnul Qayyim al-Jauziyah juga menekankan bahwa adab adalah “hiasan ilmu” yang menentukan keberkahan ilmu tersebut. Seorang berilmu yang tidak memiliki adab diibaratkan seperti pohon tanpa buah, yang keberadaannya tidak memberi manfaat. Al-Qur’an menegaskan pentingnya akhlak dalam berbagai ayat, salah satunya dalam QS. Al-Qalam [68]:4
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]:4).
Ayat ini menunjukkan bahwa akhlak merupakan fondasi utama dakwah Rasulullah.Rasulullah juga bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Hadits ini menegaskan bahwa akhlak adalah tujuan utama risalah Islam, yang kedudukannya bahkan lebih tinggi dari sekadar penguasaan ilmu.
Bagaimana generasi muda dalam konteks modernisasi ? Menurut Hidayat (2020), generasi muda di era digital mengalami pergeseran nilai yang signifikan akibat arus globalisasi, budaya populer, dan penetrasi media sosial. Hal ini berdampak pada pola interaksi, gaya hidup, serta pemahaman tentang etika dan moral.
Begitu pentingnya adab sebelum ilmu, karena Ilmu adalah cahaya, tetapi cahaya itu dapat padam bila tidak dikelola dengan adab. Orang yang berilmu namun tidak beradab berpotensi menyalahgunakan pengetahuannya untuk kepentingan pribadi, menipu, atau bahkan merusak masyarakat. Oleh karena itu, adab menjadi fondasi yang membuat ilmu bermanfaat dan melahirkan keberkahan.
Lantas bagaimana fenomena akhlak generasi muda masa kini ? Sebuah pertanyaan menggelitik perasaan kita. Beberapa fenomena yang terjadi di kalangan generasi muda antara lain: Menurunnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, banyak siswa atau mahasiswa lebih mencontoh figur publik ketimbang orang tua atau guru, gaya hidup hedonis. Media sosial mendorong budaya pamer, konsumtif, dan orientasi pada kesenangan sesaat, bahasa dan perilaku yang kasar.
Ujaran kebencian dan perundungan digital semakin marak serta menurunnya kepedulian sosial. Individualisme mengikis nilai gotong royong dan solidaritas.
Kurangnya adab melahirkan berbagai beberapa dampak negatif yang dialami oleh setiap individu seperti kerusakan moral pribadi. Ilmu tidak lagi menjadi pedoman kebaikan, melainkan alat untuk membenarkan hawa nafsu, konflik sosial.
Hilangnya adab menimbulkan pertengkaran, intoleransi, dan perpecahan, degradasi kualitas pendidikan. Pendidikan yang hanya berfokus pada aspek kognitif tanpa pembinaan akhlak menghasilkan generasi cerdas tapi tidak berakhlak dan kemunduran peradaban. Sejarah menunjukkan bahwa jatuhnya suatu bangsa kerap disebabkan oleh rusaknya moral generasinya.
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, adab merupakan fondasi utama dalam menuntut ilmu, bahkan lebih utama dari pada ilmu itu sendiri. Generasi muda saat ini tengah menghadapi tantangan besar berupa krisis adab yang ditandai dengan menurunnya sikap hormat, maraknya gaya hidup hedonis, serta lemahnya kepedulian sosial.
Kekurangan adab ini berimplikasi pada kerusakan moral individu, konflik sosial, degradasi pendidikan, hingga kemunduran peradaban.
Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama antara keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk menanamkan nilai-nilai adab sejak dini agar ilmu yang dimiliki generasi muda benar-benar membawa manfaat, keberkahan, serta peradaban yang mulia.
*Penulis: Pendakwah, putra Sape Kabupaten Bima Provinsi NTB.