Pandangan Akademisi Muda Ners Ijhul Terhadap Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran

Wakil Ketua I STIKES Yahya Bima, Ners Ijhul.

Gardaasakota.com.-Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menjadi momentum evaluasi bagi berbagai kalangan, termasuk dari dunia akademik. Salah satu pandangan datang dari Ners Ijhul, akademisi muda jebolan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua I STIKES Yahya Bima Memberi Tanggapan.

Dalam wawancara bersama media, Ners Ijhul menilai bahwa tahun pertama pemerintahan Prabowo–Gibran merupakan masa konsolidasi yang penuh dinamika. Pemerintah dinilai telah berupaya menata kembali berbagai sektor strategis, mulai dari transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan, ketahanan pangan, hingga stabilitas ekonomi nasional.

“Pemerintahan ini sedang berada pada fase penataan pondasi. Langkah-langkah awal yang diambil memang tidak mudah, namun arah kebijakan menuju kemandirian bangsa terlihat cukup jelas,”

Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya keberlanjutan program transformasi di bidang kesehatan dan pendidikan sebagai penopang pembangunan nasional. Menurutnya, peningkatan kualitas SDM menjadi kunci utama dalam memperkuat daya saing bangsa di tengah tantangan global.

“Sebagai akademisi, saya menilai pemerintah sudah mulai menaruh perhatian lebih terhadap penguatan SDM, terutama tenaga kesehatan. Namun, implementasinya harus lebih merata dan berkelanjutan hingga ke daerah-daerah terpenci.

Meski demikian, Ners Ijhul juga memberikan catatan kritis terhadap aspek transparansi birokrasi dan tata kelola pemerintahan. Ia menekankan perlunya sinergi antara pusat dan daerah dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

“Kita butuh tata kelola yang lebih terbuka agar masyarakat bisa menilai capaian pembangunan secara objektif. Keterbukaan data dan partisipasi publik akan memperkuat legitimasi pemerintahan,”

Sebagai akademisi muda, Ners Ijhul mengajak para civitas akademika dan generasi muda untuk tidak hanya menjadi pengamat, atau menilai pemimpin dari aksi jalanan, akan tetapi tetapi turut berperan aktif dalam memberikan solusi dan gagasan konstruktif untuk kemajuan bangsa dan keberlanjutan program pemerintah.

“Kritik memang penting, tapi kontribusi nyata jauh lebih bermakna. Dunia akademik harus hadir sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun bangsa yang berdaulat dan berdaya saing,” pungkasnya. (GA. 212*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page