Gardaasakota.com.- Pengembangan pariwisata menjadi salah satu sub tema debat Pilgub NTB yang digelar pada Jum’at malam 08 Oktober 2024 di Hotel Lombok Raya Mataram.
Bagi pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal dan Indah Dhamayanti Putri, arah pengembangan pariwisata NTB kedepannya akan mengarah kepada pengembangan pariwisata yang berkualitas instead of pariwisata massal atau mass tourism.
“Pilihan tersebut didasari karena social costnya rendah, ongkos lingkungannya juga rendah,” terang Iqbal.
Dalam mengembangkan pariwisata kedepannya, Iqbal-Dinda akan mengembangkan 3 strategi pengembangan pariwisata.
Pertama dengan mengedepankan quality tourism dengan berbagai cabangnya, termasuk mendorong kemungkinan digital nomade ke NTB sehingga kita bisa mengembangkan lebih banyak digital nomade di NTB.
Yang kedua dengan pola pengembangan MICE, atau meeting. Insentif, convention and event.
Pola pengembangan MICE ini dipilih agar para wisatawan itu tidak hanya datang ke NTB di bulan Mei sampai dengan September di Seasonal tourist.
“Tapi juga dari Januari sampai dengan Desember sehingga ini akan berpengaruh nanti ke load factor dari penerbangan,” kata Iqbal.
Yang ketiga, Iqbal-Dinda akan membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang khusus untuk muslim atau friendly tourism.
Kenapa muslim friend friendly tourism? Karena menurut Iqbal-Dunda ini punya pasar yang besar di gulf country.
“Enam gulf contries ini terkenal sebagai turis yang memiliki lenght of stay paling panjang. Memiliki spending juga paling tinggi. Ini yang akan kita kedepankan nanti,” imbuhnya.
Bagaimana respon Pasangan Cagub dan Cawagub NTB, Siti Rohmi Djalilah dan W Musyafirin, terhadap apa yang menjadi konsep pengembangan pariwisata Iqbal-Dinda?.
Menurut pasangan Rohmi-Firin, konsep pengembangan pariwisata yang dipaparkan Iqbal-Dinda lebih khusus yang berkaitan dengan pola MICE buka merupakan hal yang baru.
“Karena sampai sekarang dari sejak lama NTB itu sebagai tempat untuk meeting, convention, dan sebagainya. Tentunya ke depan harus lebih ditajamkan lagi,” kata Umi Rohmi.
Yang terutama dalam membangun pariwisata menurut Rohmi Firin adalah sustainable tourism atau membangun pariwisata yang memelihara alamnya.
Sebab menurutnya, bagaimana mungkin orang mau betah di berada di NTB kalau alamnya enggak terpelihara dengan bagus, kalau tempatnya kotor misalnya, kemudian juga tidak nyaman dan seterusnya.
“Kemudian digitalisasi juga harus terus dikembangkan. Pembenahan destinasi wisata juga harus terus kita lakukan agar destinasi wisata kita standar destinasi wisata kelas dunia,” kata Umi Rohmi.
Pasangan Cagub dan Cawagub NTB nomor urut 2, Zulkieflimansyah dan M Suhaili FT., mengatakan jawaban paslon nomor 3 terhadap pengembangan pariwisata di NTB meski komprehensif tapi rumit.
Pengalaman Cagub petahana ini dalam mengelola pariwisata di NTB ini menurut Bang Zul sederhana saja.
“Coba lihat datanya turis yang paling banyak datang ke Lombok-Sumbawa ke NTB ini dari Malaysia bukan karena apa-apa, tapi karena gampang datang dari Malaysia ke sini,” ujar Bang Zul.
Dalam mengembangkan pariwisata, pasangan Zul-Uhel akan memperbanyak direct flight dari Malaysia, Singapore, Australia dan lain sebagainya.
“Dan kami tidak bicara teori ketika kami buka direct flight dari Australia. Wisatawan dari Australia barat itu hampir 1000% turis datang ke sini. Apa kata mereka? Memang NTB itu surga dunia, tapi kalau harus ke surga dunia harus lewat neraka dulu nanti dulu, katanya,” beber Bang Zul.
Oleh karena itu, bagi Zul-Uhel kemudahan terbang ke NTB itu penting.
“Dan kalau Zul-Uhel terpilih kembali, ya tetap akan melibatkan bu Rohmi lagi. Biaya penerbangan ini harus diturunkan dan direct flight harus lebih banyak ke Nusa Tenggara Barat,” cetusnya.
Menanggapi respons dari kedua paslon tersebut, pasangan Iqbal-Dinda mengatakan meski pihaknya mengaku belum pernah jadi Gubernur. Tapi ia mengaku tahu data mengenai pariwisata NTB.
“Kita bayangkan NTB itu memiliki Moto GP, memiliki Mandalika super prioritas dan dekat dengan Bali punya kesempatan untuk mendapatkan luberan. Tapi jumlah kunjungan wisatawan tahun lalu hanya 1,9 juta dari target 2 juta wisatawan,” kata Iqbal.
Ketika dibandingkan dengan Sumatera Barat yang letaknya jauh dari Bali dan tidak mendapatkan luberan, tidak memiliki even MotoGP, akan tetapi jumlah kunjungan wisatawan mencapai 9,5 juta kunjungan di tahun lalu.
“Berarti kan ada problem dalam pariwisata kita ini. Jadi terpaksa kita harus berpikir sedikit rumit daripada berpikir sederhana tapi tidak menghasilkan apa-apa. Itu sebabnya kita memperkenalkan MICE sebagai pola pengembangan pariwisata kita kedepan,” pungkasnya. (GA. Ese*)