Survey LSI Denny JA di Pilkada NTB, Elektabilitas Mohan Powerfull, Sementara Elektabilitas Bang Zul Meski Diatas Tapi Dinilai Tidak Kokoh

Direktur Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Adjie Alfarabi,didampingi Sekretaris DPD Partai Golkar NTB, Firadz Pariska, serta sejumlah petinggi Partai Golkar NTB lainnya saat menggelar konpers pada Rabu 12 Juni 2024 di Mataram.

Mataram, Garda Asakota.- Direktur Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfarabi, memaparkan hasil survey tahap pertama LSI untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) dan 8 Kabupaten/Kota se-NTB, Rabu 12 Juni 2024 di Mataram.

“Untuk Kota Bima dan Lombok Utara surveynya sedang berjalan. Sementara untuk tingkat Provinsi dan 8 Kabupaten/Kota sudah selesai dilakukan. Dari sisi kontestasi Pilkada untuk tingkat Provinsi dan 8 Kabupaten/Kota itu, kita lihat yang sudah cukup konklusif itu adalah Kota Mataram,” ungkap Adjie Alfarabi didampingi Sekretaris DPD Partai Golkar NTB, Firadz Pariska, serta sejumlah petinggi Partai Golkar NTB lainnya.

Konklusifitas itu menurutnya terlihat dari tingginya hasil survey Ketua DPD Partai Golkar NTB yang juga merupakan Walikota Mataram, H Mohan Roliskana.

“Istilahnya di Kota Mataram itu, H Mohan ini seperti matahari tunggal. Hasil surveynya begitu powerfull baik pada tingkat kepuasan pemilih maupun pada tingkat elektabilitas bahkan kalau kita melihat simulasi elektabilitas ketika namanya diperkecil, angkanya justru semakin tinggi,” terang Adjie.

Satu-satunya calon yang bisa mendekati dan bisa melawan beliau (Mohan Roliskana, red.) adalah Wakil Walikota Mataram. Itupun gapnya masih jauh dan merupakan paket yang sama atau sama-sama dari Golkar.

Sementara untuk provinsi, berdasarkan hasil survey LSI, situasinya masih dinamis.

“Dari hasil survey, Calon Gubernur petahana yakni pak Zulkieflimansyah (Mantan Gubernur NTB, red.) posisinya masih diatas, namun hasilnya ini bukanlah hasil yang menggembirakan untuk seorang petahana,” ungkap Adjie

Biasanya, kata Adjie, survey yang dilakukan untuk petahana berada diangka tertentu dan seharusnya secara elektabilitas mungkin seharusnya mirip dengan Kota Mataram kalau untuk petahana sudah diangka yang powerfull.

“Tapi kalau untuk NTB, Walaupun pak Zul angkanya berada diatas, tapi angkanya bukan angka ideal bagi seorang petahana jadi masih terbuka pertarungan untuk NTB. Termasuk dari Partai Golkar. Apalagi sebagai pemenang pemilu, Golkar sebenarnya punya potensi Calon Gubernur seperti di Kota Mataram ada pak Mohan, kemudian ada ibu Dinda di Bima (HJ Indah Dhamayanti Putri, red.) dan ada pak Suhaili FT., mantan Bupati Lombok Tengah, maupun mungkin tokoh-tokoh lain yang masuk ke Partai Golkar,” bebernya.

Yang bisa dianggap petahana dalam pilkada itu, lanjutnya, adalah petahana Gubernur atau petahana Walikota atau Bupati.

“Wakil Gubernur ketika ada petahana Gubernur, posisinya biasanya tidak setangguh petahana Gubernur atau petahana Walikota. Tapi hasil survey itu menunjukan petahana Gubernur tidak kokoh sebagai seorang petahana,” timpalnya.

Petahana yang ideal itu menurutnya secara elektabilitas angkanya diatas 50 persen. Atau minimal pada simulasi pertanyaan tertutup dengan banyak nama minimal selisih dengan calon lain itu dia sudah diatas 30 persen.

“Kalau ini kita lihat selisihnya belum ideal sehingga kita melihat petahana itu bukan petahana yang kokoh secara elektabilitas,” tegasnya.

“Sementara secara internal Golkar, 4 nama yang diberikan surat tugas itu punya potensi yang sama dari sisi elektabilitas,” imbuhnya.

Untuk Kabupaten dan Kota yang lain, meski dinamika dimasing-masing Kabupaten dan Kota berbeda tapi pertarungannya masih sangat terbuka dan kita lihat nanti di survey kedua maupun survey ketiga.

“Karena ini waktunya juga masih panjang. Biasanya mungkin nanti setelah pendaftaran bisa kita lihat perkembangan dan dinamika elektabilitasnya,” pungkasnya. (GA.Im*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page