Penampakan fisik SDN 67 Kota Bima |
Kota Bima, Garda Asakota.-
PPK Proyek rehabilitasi sedang SDN 67 Matakando Kecamatan Mpunda Kota Bima senilai Rp329 juta, Saiful mengakui masih adanya kekurangan volume pekerjaan oleh pihak pelaksana proyek dari CV Tri Jaya.
“Untuk perabotan meubeler memang molor disebabkan kendala banyaknya orderan pihak penyedia, sedangkan untuk fisik gedung semua pekerjaan sudah rampung sebelum masa tambahan waktu berakhir,” ungkap PPK Proyek Rehab SDN 67 Kota Bima, Saiful, kepada Garda Asakota Rabu (2/2/2022).
Pihaknya mengaku sudah mewanti wanti pihak Penyedia untuk dapat menyelesaikan pengadaan meubeler tersisa seminggu kedepannya. “Kita sudah ingatkan agar sisa pengadaan meubeler itu dituntaskan,” katanya.
Terkait dengan kondisi tembok yang berjamur, Saiful mengakui bahwa tembok tersebut merupakan tembok lama yang sudah di permak termasuk dipoles dengan cat, tapi karena kawasan tersebut merupakan area genangan banjir maka air tanah yang naik ke pondasi meresap ke hampir semua dinding gedung bagian bawah. “Kondisinya tidak seperti itu pasca awal awal pekerjaan rampung,” imbuhnya.
Mengenai list Jendela yang kurang rapi, pihaknya berjanji akan segera memerintahkan pelaksana untuk memperbaikinya.
“Itu harus, apalagi sekarang masih dalam masa pemeliharaan selama 180 hari atau 6 bulan, semua akan segera dibenahi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Sekolah (Kasek) SDN 67 Matakando Kecamatan Mpunda Kota Bima, Hj Siti Suryani, S.Pd., mengungkapkan sekolah yang dipimpinnya mendapatkan proyek DAK Pendidikan dengan anggaran senilai Rp329 juta tahun 2021.
Proyek DAK senilai Rp329 juta tersebut dihajatkan untuk pekerjaan tiga (3) ruang kelas plus plus perabotan serta satu (1) lokal gedung UKS senilai Rp76 juta yang dikerjakan per 28 Juni hingga 25 Oktober 2021.
Hanya saja menurutnya kepada wartawan media ini, Rabu 02 Februari 2022, penuntasan pekerjaan molor dari jadwalnya.
“Dalam pelaksanaannya, pekerjaan proyek molor sampai sekarang. Ruang kelas itu diselesaikan sampai akhir November. Sementara perabotan meja kursi itu sampai sekarang belum tuntas dipenuhi karena baru 50 set meja kursi dari 84 set yang diantar. Itupun tanpa sepengetahuan kami,” bebernya.
Pihaknya mengaku sampai sekarang tidak mengetahui siapa pelaksana pekerjaan itu serta alamat perusahaannya. “Kami tidak tahu siapa pelaksanannya dan dimana alamatnya. Bahkan kontak pelaksana tidak satupun kami punya,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan langsung wartawan didampingi beberapa orang guru sekolah setempat, kondisi gedung memang berjamur. Diduga bukan tembok baru tapi gedung lama. Demikian juga dengan jendela sekolah, listnya terlihat tidak memiliki estetika kerapian. (GA. 003*)