Blog  

Pengrajin Bata Jatiwangi Dapat Perhatian dari Baznas Kota Bima

 

Ketua Baznas Kobi saat menyerahkan bantuan kepada Pengrajin Bata Jatiwangi.


Kota Bima, Garda Asakota.-


Selain puluhan warga, sebanyak 102 pengrajin bata di lingkungan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima kembali menjadi terdampak banjir besar yang terjadi pada Sabtu (27/11) dan Minggu siang (28/11).

Jika sebelumnya pengrajin bata merugi karena ratusan ribu bata mentah direndam banjir, kini 3 JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) sebagai akses pengangkutan bata dari lokasi pembakaran ke lokasi penyimpanan siap jual hanyut, hanyut terbawa arus.

Akibat hanyutnya JPO tersebut, untuk sementara waktu mereka tidak bisa mengeluarkan hasil produksinya.

“Jembatan penyeberangan yang melintang sepanjang 15 meter sebagai akses kami hanyut terbawa arus banjir, menyebabkan aktivitas kami lumpuh,” ungkap seorang Pengrajin bata, Abdul Jalil, saat mendampingi Baznas Kota Bima meninjau lokasi Minggu pagi (28/11).

Kepada perwakilan Baznas sebagai satu satunya harapan para Pengrajin agar dapat membantu pembangunan kembali JPO tersebut mengingat Pemerintah Kota Bima melalui Walikota sudah pernah dimintai bantuan, namun tidak juga direspon hingga saat ini. 

“Belum terpenuhi hingga sekarang, meski permintaan Pengrajin sudah diiyakan sejak 3 tahun lalu,” akunya.

Sementara itu, Perwakilan Baznas, Rangga Iskandar menyampaikan bahwa apa yang menjadi harapan para pengrajin bata akan dirinya sampaikan kepada Ketua Baznas, semoga saja bisa direalisasikan secepatnya.

Sementara itu, merespon permintaan warga pengrajin bata Jatiwangi Ketua Baznas Kota Bima secara langsung menyerahkan bantuan dana pembuatan Jembatan Kayu kepada perwakilan pengrajin Bata pada Senin pagi (29/11) di Kantor setempat.

“Semoga dana ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sesuai kebutuhan warga pengrajin bata terutama untuk pembuatan JPO,” ujar Ketua Baznas Kota Bima, H.Nurdin Mansyur, S.Sos, MM. (GA. 003*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page