Puluhan Aktivis IMBI Mataram saat menggelar aksi demonstrasi di depan Mapolda NTB, Kamis 09 Desember 2021. |
Mataram, Garda Asakota.-
Puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bima (IMBI) Mataram menggelar aksi demonstrasi di Mapolda NTB, Kamis 09 Desember 2021. Aksi tersebut dimulai sekitar pukul 09.35 Wita dengan mengusung isu aksi yang berkaitan dengan terjadinya dugaan kelangkaan pupuk subsidi dan tingginya harga pupuk subsidi bagi petani.
“Akibat dari terjadinya kelangkaan pupuk subsidi ini, polisi dan masyarakat petani harus mengalami bentrok antara satu dengan yang lain. Petani memblokade jalan dan menjarah pupuk ditengah jalan. Hal ini berujung pada terjadinya dugaan penembakan peluru karet terhadap petani oleh oknum polisi. Maka kami hadir disini melakukan aksi keprihatinan mendesak Kapolda NTB mengusut tuntas dugaan adanya mafia dibalik kelangkaan pupuk bersubsidi ini,” teriak Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Demonstrasi IMBI Mataram, Anandi Reski, saat menyampaikan orasinya.
Anandi juga membeberkan tingginya harga pupuk subsidi yang dijual ke petani yakni seharga Rp125 ribu hingga Rp135 ribu per zak. Padahal harga eceran tertingginya (HET) adalah sebesar Rp112.500 per zak.
“Harga pupuk subsidi dijual dengan harga tinggi, pupuk subsidi juga langka di masyarakat. Ada dugaan transaksi jual beli dilakukan tanpa menggunakan nota pembayaran antara petani dengan pengecer. Belum lagi soal menjamurnya keberadaan pengecer yang diduga illegal. Ini semua adalah merupakan sebuah indikasi kuat bahwa antara distributor dan pengecer tidak menegakkan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dalam ketentuan Permendag,” teriaknya lagi,
Anandi juga meminta Kapolda NTB agar serius mengusut tuntas adanya dugaan praktik mafia pupuk subsidi ini. Apalagi menurutnya akibat terjadinya permasalahan ini selalu berimbas pada terjadinya gejolak sosial masyarakat.
“Kami minta Kapolda NTB agar dapat mengusut tuntas masalah ini. Dan kami juga meminta agar Kapolda NTB dapat mencopot jabatan Dirreskrimsus Polda NTB dan Kapolres Bima yang diduga membiarkan dugaan penyimpangan pupuk subsidi ini,” tegas Anandi.
Senada dengan Anandi, Kordinator Umum (Kordum) Aksi, Irwan Syahputra, mengungkapkan akibat adanya dugaan mafia pupuk subsidi ini, Petani di Bima, setiap datangnya musim tanam selalu menjerit.
“Setiap tahun petani selalu mengeluhkan tingginya harga pupuk subsidi dan kelangkaan pupuk subsidi ini. Dan setiap tahun petani protes. Pemerintah Daerah nampak tidak berdaya dihadapan mafia pupuk. Sangat penting bagi Kapolda NTB memberikan warning kepada jajarannya untuk mengusut terjadinya dugaan mafia pupuk ini sampai ke akar-akarnya,” kata Irwan Syahputra.
Kordum Aksi yang juga merupakan Ketua IMBI Mataram ini menilai Polda NTB tidak memiliki itikad yang baik untuk melindungi kepentingan petani.
“Bagaimana ceritanya, penyimpangan pupuk terjadi bertahun-tahun, namun tidak tersentuh penegakkan hukum?. Jangan-jangan ada dari oknum polisi yang melindungi mafia pupuk ini,” tudingnya.
“Demi ketertiban masyarakat, Polisi harus hadir melayani hak petani untuk bebas dari kungkungan mafia pupuk. Kami menduga praktik penyimpangan pupuk bukan hanya menyulut kisruh sosial kemasyarakatan, melainkan telah merugikan keuangan negara,” sorotnya lagi.
Bagaimana tanggapan Polda NTB atas aksi puluhan aktivis IMBI Mataram ini?.
Kapolda NTB melalui Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus), Kombes Pol IGP Gede Ekawana, hadir dan menemui langsung puluhan aktivis IMBI Mataram ini. Ia menyatakan bahwa Kapolda NTB memberikan atensinya terhadap terjadinya kisruh pupuk subsidi yang terjadi di Kabupaten Bima. Ia juga mengatakan bahwa Kapolda NTB juga mengatensi kasus dugaan penembakan peluru karet yang menimpa salah satu warga Bolo.
“Kapolda NTB telah memerintahkan empat (4) Direktorat termasuk Dirreskrimsus untuk menyelidiki penyimpangan pupuk yang berimbas kisruh sosial yang terjadi di Kabupaten Bima beberapa waktu lalu,” tegasnya dihadapan massa aksi.
Ekawana menuturkan bahwa Dirreskrimsus Polda NTB tidak main-main dengan persoalan pupuk yang membuat petani merugi. Ia menyatakan bahwa ada praktik penjualan pupuk menabrak HET dengan penjualan sistem paket di Bima.
“Kemarin saya ke Bima dalam rangka mengumpulkan berkas-berkas terkait soal ini. Oknum distributor, pengecer dan KP3 akan kami dalami perannya. Catat, kami akan bongkar siapa saja yang punya peran. Kami berjanji akan memproses penyimpangan pupuk sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya disambut sukacita mahasiswa.
Puluhan massa IMBI Mataram ini pun menutup aksi demonstrasinya sekitar pukul 11.37 wita dan melanjutkan aksi yang sama di depan Kantor Gubernur NTB. (**)