Survey Jadi Pedoman Bagi Para Cakada, Prof Imran: Tanpa Survey, Calon Kada Akan Mengambang dan Menuruti Perasaan

Rektor Uniprima Wajo, Prof Imran Ismail.

Mataram, Garda Asakota.-Maraknya keterlibatan Lembaga Survey dalam Pilkada 2024 ini merupakan langkah maju dalam demokrasi kita.

Bahkan seperti apa yang dikatakan oleh DR Alfin Sahrin (Doktor Antropologi Politik, red.) hal itu menandakan proses demokrasi kita sudah mulai beranjak pada basis keilmuan.

Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Bosowa Makassar, Prof Imran Ismail, berpendapat survey dalam Pilkada itu sangat diperlukan bahkan sangat membantu para Calon Kepala Daerah untuk mengukur tingkat popularitas dan elektabilitasnya dihadapan publik.

“Survey itu bisa menjadi informasi yang sangat informatif bagi para Calon Kepala Daerah karena hal itu akan menjadi pedoman bagi mereka. Tanpa adanya survey itu, Calon akan mengambang dan hanya menurut pada perasaan saja. Dan Pilkada tidak bisa pakai perasaan, harus ada pendekatan keilmuannya,” papar Prof Imran yang juga merupakan Rektor Uniprima Wajo.

Hanya saja menurut Professor Kelahiran Jatiwangi Kota Bima ini, dalam melakukan survey, aspek paling penting yang harus dilakukan itu adalah penentuan sampel yang akan disurvey atau diteliti.

“Sampel itù sebetulnya mewakili jumlah total populasi. Jumlah sampel yang mendekati jumlah populasi itu semakin bagus. Kalau populasinya banyak, tentu saja tidak bisa diwakili oleh sampel yang kecil. Jadi makin besar jumlah sampel atau jumlahnya mendekati jumlah populasi, maka akan semakin bagus hasilnya dalam sebuah penelitian seperti itu. Dan bahkan tingkat kepercayaan terhadap hasil juga akan lebih bagus,” papar Prof Imran.

Menurutnya, dalam ilmu sosiologi, jumlah sampel maksimal adalah 25 persen dari jumlah populasi dengan menggunakan beberapa cara penarikan sampel seperti purposif yang ditetapkan secara sengaja, ada yang dirandom dan atau diundi.

“Penentuan besaran sampel itu ada beberapa rujukan teori, tapi semua peneliti mengatakan makin mendekati jumlah populasi, hasilnya itu makin bagus. Dan tingkat kepercayaan itu makin tinggi. Itu kata kuncinya,” jelas pakar Ilmu Kebijakan Publik ini.

Dsinilah tantangannya metodologi penelitian itu. Kadang-kadang salah memilih metodologi atau riset itu akan menentukan hasil dan tingkat kepercayaan pada sebuah sampel.

Kalau dalam aspek jumlah dan angka, populasi sampel itu disebut dengan metodologi penelitian kuantitatif, dengan cara pengambilan sampel itu ada empat cara ada random, ada stratifikasi, ada strata, ada purposif sampling yang sengaja diambil.

“Tapi dari berbagai survey, saya selalu mengatakan sampel yang makin mendekati jumlah populasi itu makin bagus. Andaikan bisa ditanya keseluruhan populasi itu maka akan lebih bagus lagi. Tapi kemampuan peneliti itu kan terbatas,” timpalnya.

Penelitian kuantitatif itu sangat terukur, beda dengan penelitian kualititatif yang didasari pada fokus dan kondisi sosial masyarakat dengan menggunakan teknik wawancara.

Sebetulnya penelitian kualitatif dalam survey itu tujuannya untuk menggali lebih dalam lagi.

Menurutnya, kalau penelitian kuantitatif serta kualitatif ini digabungkan dalam survey, maka akan lebih bagus dan lebih lengkap lagi. Sebab penelitian kuantitatif itu adalah angka-angka. Misalnya secara kuantitatif survey calon itu mungkin sangat tinggi, tapi apakah secara kualitatif hasilnya juga seperti itu?.

 

“Maka perlu juga ditelusuri secara kualitatif. Jadi bukan jaminan juga itu angka-angka kalau tidak dilengkapi riset kualitatif. Kalau kuantitatif itu bisa saja angket itu diwakili, tapi kalau kualitatif tidak bisa diwakili, harus diwawancarai langsung orangnya. Maka sebaiknya riset itu harus dua duanya dilakukan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Asal sesuai dengan standar statistik,” ujarnya.

Sebuah survey jika dilakukan dengan metodologi yang benar dan tepat, maka hasilnya benar.

“Karena itu ilmu dan tingkat kebenarannya bisa dipercaya. Dan kalau riset atau survey itu dilakukan secara benar, biasanya tingkat errornya itu kecil,” tandasnya. (GA. Im*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page