Jadi Tuan Rumah, Kota Bima Gelar Seminar Nasional “Bo’ Sangaji Kai” sebagai Ingatan Kolektif Nasional

Kota Bima menjadi tuan rumah kegiatan Seminar Nasional Bo Sangaji Kai sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) bertempat di Hotel Marina Inn, Rabu pagi (2/10/2024).

Gardaasakota.com.-Kota Bima menjadi tuan rumah kegiatan Seminar Nasional Bo Sangaji Kai sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) bertempat di Hotel Marina Inn, Rabu pagi (2/10/2024).

Seminar yang dipandu oleh Moderator Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Bima, Bukhari HMA, S.Sos, ini, menghadirkan Pembicara Nasional, Guru besar dan Sejarawan seperti Dr. PaEni, M.A yang merupakan Ketua Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional (IKON), Dr. (Cand) Dewi Ratna Muchlisa Mandyana, S.E.M.Hum Kepala Museum Kebudayaan Samparaja Bima Dosen Universitas Nggusuwaru, Prof. Atun Wardatun, M.Ag.M.A.ph.D.Guru Besar Hukum Keluarga UIN Mataram, Prof. Dr. Abdul Wahid, M.Ag.M.Pd Guru Besar Antropologi Agama UIN Mataram, Ketua Dewan Kebudayaan Daerah NTB   dan Dr. Hazmirullah,S.S.M.Hum juga seorang Filolog Penulis sejarah

Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara, Drs. Agus Sutoyo, M.Si, menjelaskan bahwa seminar IKON sudah berjalan di tiga daerah. Program IKON termasuk dalam kerangka program pengarusutamaan naskah kuno Nusantara yang menjadi satu dari tiga program prioritas Perpustakaan Nasional.

Melalui program pengarusutamaan naskah kuno Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON), Perpusnas mengambil peran yang sangat penting dengan mengupayakan agar naskah nusantara menjadi bagian yang penting bagi masyarakat pemilik kebudayaannya.

Diakui Agus bidang kerja yang diembannya saat ini adalah merawat yang unik-unik, yang kuno-kuno tentang sejarah budaya dan peradaban yang ada dalam naskah.

“Inilah yang kami rawat, kami kaji yang kemudian bisa kita manfaatkan bisa kita sampaikan pada generasi muda,” terangnya.

Lalu bagaimana kita bisa mengangkat naskah kuno ini untuk diperkenalkan, dipublikasikan kepada masyarakat kita utamanya generasi muda? Inilah peran kita bersama di Kota Bima melalui museum, Dinas Kebudayaan Dinas Perpustakaan sebagai pusat literasi.

“Kalau itu di lakukan maka kegiatan terkait pendalaman naskah Bo Sangaji Kai dapat berjalan sesuai yang diharapkan,” katanya.

Perlu disampaikan terkait dampak program pengarusutamaan naskah Nusantara ada beberapa indikator yakni pertama, memiliki ekosistem pernaskahan yang baik ditandai dengan adanya komunitas dan perhatian yang layak di wilayahnya masing masing.

“Kedua, mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah tanpa itu akan sulit juga berkembang, ini penting,” ucapnya.

Kemudian ada usulan naskah kuno sebagai unggulan pernaskahan pada tingkat Nasional dan Alhamdulilah pada hari ini tahap terakhir dalam rangkaian program pengarus utama naskah Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON).

“Kami coba dengan seminar dan penganugerahan naskah IKON di Bima NTB ini yang merupakan daerah ke empat dari rangkaian seminar Nasional dan pemberian sertifikat IKON Kota Bima naskah Bo Sangaji Kai,” bebernya.

Agus Sutoyo menambahkan, Bo Sangaji Kai ini di nilai oleh Dewan Pakar IKON tidak hanya memiliki sertifikasi Nasional yakni mencatat silsilah raja raja Bima Dompu dan Sumbawa serta berbagai aspek kehidupan seperti hukum adat hukum sipil dan hubungan diplomatik yang menjadi warisan penting bagi sejarah Indonesia tetapi juga memiliki sertifikasi internasional.

Sejarah menyaksikan peristiwa letusan gunung Tambora 1815 yang dampaknya mempengaruhi iklim global dan kejadian terbuat banyak termuat dalam naskah Bo Sangaji Kai.

Untuk itu, Perpustakaan Nasional memberikan apresiasi dan Penghargaan kepada Pemkot Bima melalui Dinas Perpustaan Daerah masyarakat pernaskahan nusantara dengan terpilihnya naskah Bo Sangaji Kai sebagai IKON.

Sementara itu Pemerintah Kota Bima melalui Asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial, Drs H. Alwi Yasin, M.Ap, menegaskan bahwa berbicara sejarah akan selalu seiring dengan perkembangan teknologi dan riset. Menurutnya, Bo Sangaji Kai dari awal tidak di catat sebagai catatan Nasional kita.

Banyak hal kaitan dengan budaya lokal kita yang hilang tergerus perkembangan jaman, generasi sekarang tak pernah tahu tentang itu semua, namun dengan adanya Perpustakaan Daerah yang akan mencatat semua itu.

“Anak anak kita akan bisa membaca dan memahaminya. Bahkan saya pribadi apabila ada yang tidak saya ketahui budaya daerah lain pasti ke perpustakaan sebagai rujukannya.

Ini menandakan bahwa banyak catatan tentang sejarah dan Budaya itu ada di buku, lalu berapa jam kita membaca buku setiap hari?, fakta riset hari ini 6 jam dihabiskan untuk gadget yang isinya hanya membully,” imbuhnya.

Asisten 1 Setda Pemkot Bima memberikan beberapa pesan. Pesan pertama, kekhawatiran kegelisahan ini harus ditanamkan dalam diri masing masing agar itu tak akan pernah terjadi lagi.

Pesan kedua Dou Mbojo ternyata memiliki buku yang sangat bersejarah Bo Sangaji Kai tidak hanya berbicara tentang Kerajaan tapi semua aspek kehidupan tata kelola pemerintahannya. “Insya Allah Naskah Bo Sangaji Kai akan menjadi kekayaan Unesco memori Of the World (ingatan Dunia),” harapnya.

“Namun seminar Nasional Bo Sangaji Kai ini tidaklah cukup sampai di sini tetapi harus ada lanjutan menjadi bagian perencanaan program karena apalah artinya kata kata kalau tidak di ikuti oleh dukungan nyata,” ungkap Alwi di acara seminar yang juga dihadiri Kadis Perpustakaan dan Arsip Kota Bima, Ach Fathoni, SH, maupun puluhan peserta seminar lainnya. (GA. 003*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page