Gardaasakota.com.-Buku Ketua Mahkamah Konstitusi 2013-2015 Dr.Hamdan Zoelva, S.H.,M.H, dalam waktu tidak lama akan segera terbit. Cetakan pertama buku setebal 460 halaman itu sudah terbit dalam jumlah terbatas dan diedarkan di lingkungan terbatas pula.
M. Dahlan Abubakar, penulis buku yang berjudul “Hamdan Zoelva, Kokoh di Pilar Konstitusi” itu menjelaskan, buku ini sebenarnya mulai digarap sejak tahun 2018, namun dalam setahun terakhir ini Hamdan Zoelva ingin buku tersebut terbit bertepatan dengan usianya melintasi angka 60 tahun.
“Saya sebenarnya mulai mengoleksi informasi yang berkaitan dengan materi buku ini saat berlangsung sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi yang saat itu dipimpin Hamdan.
Banyak informasi yang menarik dalam sidang-sidang MK tersebut yang kemudian menjadi viral di media massa atau pun media sosial,” ujar Dahlan Abubakar kepada Garda Asakota, Bima melalui akun whatsApp (WA)-nya, Senin (2/9/2024) malam.
Menurut Tokoh Pers versi Dewan Pers dan Pengurus PWI Pusat periode 2023-2028 tersebut, buku ini menarik karena isinya mengurai pergulatan konstitusional Indonesia pada awal pergantian era, yakni dari era Orde Baru ke era Reformasi. Pada Bab V dengan judul “Liberodi Senayan” menggambarkan akrobatik Hamdan dalam sidang-sidang Parlemen yang bagaikan seorang pesek bola yang harus bermain ‘all out” (habis-habisan) sebagai libero yang harus merajalela pada seluruh bagian lapangan.
Secara rinci Dahlan menjelaskan, buku ini memperoleh kalam sekapur sirih dari Presiden VI RI Prof.Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono, Pengantar Wakil Presiden X dan XII RI, M.Jusuf Kalla, dan sekapur sirih dari Hamdan sendiri. Prolog ditulis oleh N.Syamsuddin N.Haesy, salah seorang penulis dan juga Wakil Presiden Lajnah Tanfidziah DPP Syarikat Islam dan epilog oleh Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, M.A., kakak Hamdan.
Buku yang terdiri atas 10 Bab ini. Bab I bertajuk :Telepon Genting Tengah Malam” yang berkisah tentang prahara yang menerpa Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, dan perjuangan Hamdan mengembalikan muruah (kehormatan) MK yang turun drastis hingga ke titik nadir.
Bab II berisi kisah menarik dari ruang sudang PHPU di MK yang dipimpin Hamdan dan berita-berita terkait lainnya yang rada humoristik dan menarik.
Bab III “Dissenting Opinion” berisi sejumlah sidang MK yang berisi kisah Hamdan menjadi hakim yang “berpendapat lain”.
Bab IV “Menjaga Muruah Hakim”, bercerita tentang saat-saat terakhir Hamdan meninggalkan gedung MK dan penolakannya mengikuti “fit and proper test” untuk dipilih kembali sebagai Hakim MK. Termasuk pada bab ini antara lain adalah kisah penganugerahan Bintang Mahaputra dari Presiden RI.
Bab V, “Libero di Senayan” berisi kisah awal Hamdan menjadi anggota Parlemen, memilih Ketua KPK dan Ketua MK yang pertama dan kisah ketegangan di kediaman B.J.Habibie saat laporan pertanggungjawabannya ditolak DPR.
Bab VI:”Empat Mata di Pentagon” mengisahkan lawatan Hamdan ke berbagai negara.
Bab VII: “Jadi Pengacara’ berkisah tentang awal mula Hamdan menjadi seorang pengacara.
Bab VIII: “Menjaga Independen KAHMI dan Keutuhan HMI”.
Bab IX: “Pengabdian Sosial” yang berisi aktivitas sosial Hamdan, di antaranya keterlibatan dan keberhasilannya merukunkan sejumlah ormas Syarikat Islam yang bercerai berai.
Bab X: “Keluarga dan Pendidikan”, berisi kisah masa kecil, saat berkeluarga, dan pendidikan Hamdan.
“Belum ada penyampaian dari Pak Hamdan kapan buku ini diluncurkan,” kunci Dahlan dalam catatan melalui WA-nya.
Hamdan Zoelva yang dilahirkan di Parado Bima 21 Juni 1962 itu merupakan anak ke-5 dari sembilan bersaudara pasangan K.H. Muhammad Hasan, B.A.-Hj. Zainab H.Yakub (almarhumah). Kini dengan istrinya Hj R.Nina Damayanti, S.H., Hamdan dikaruniai tiga putra dan baru seorang cucu. (**).
