Survey, antara Teori dan Kenyataan

Penulis: Saptoto (Catatan Kritis Wartawan NTB)

Saptoto

Tiba-tiba saya mendapat kiriman hasil survey sebuah lembaga terkait Pilgub NTB November 2024. Saya perhatikan, saya simak dan saya coba membandingkannya dengan fakta yang ada.

Dalam segala hal Dr Zulkieflimansyah masih unggul dari kandidat lainnya. Suhaeli Fadil Thohir dan Umi Rohmi mendekati.

Meski unggul. Tapi secara teori selisih Dr Zulkieflimansyah dengan yang lainnya masih bisa terkejar. Angka-angka itu kemudian dinarasikan sebagai petahana yang lemah. Sangat bisa dilampaui. Padahal selisih itu cukup besar.

Iya memang sih. Dalam politik semua bisa terjadi. Dengan mamasukkan faktor X dalam teori kemungkinan, maka semua kandidat masih punya potensi untuk menang. Tapi potensi kalah juga tentu ada.

Seperti Dr Zulkieflimansyah di puncak klasemen sementara, bisa saja tergerus. Tapi bisa juga untouchable. Semua masih berproses.

Untuk mengalahkan Dr Zulkieflimansyah saat ini perlu kerja keras dan kerja berat kandidat lain. Dan tampaknya semua bakal calon gubernur menyadari hal itu.

Maka fenomena politik saat ini adalah menjadikan Dr Zulkieflimansyah sebagai common enemy.

Upaya down grade dilakukan dari berbagai lini. Mulai dari isue moral, hingga isue rasial. Memisahkan Dr Zulkieflimansyah dengan Umi Rohmi sudah berhasil dilakukan. Karena publik percaya jika keduanya masih bergandengan maka game is end.

Tetapi Dr Zulkieflimansyah bukan politisi baperan. Dia cukup lihai melihat momentum. Begitu ada kepastian berpisah dengan Umi Rohmi, langsung menggaet Suhaeli Fadil Thohir alias Abah Uhel sebagai pendamping.

Lawan politik Dr Zulkieflimansyah elus dada. Karena dengan menggandeng Abah Uhel, bargaining politik Dr Zulkieflimansyah masih tetap kuat.

Kemudian berkembang narasi, Abah Uhel sudah mempermalukan Bangsa Sasak dengan bersedia menjadi orang kedua dalam kontestasi ini. Tapi narasi ini tidak kuat juga menjegal Dr Zulkieflimansyah dan Abah Uhel untuk bersatu.

Karena diskenariokan, Abah Uhel harus maju pada posisi nomor satu. Tapi lacur, skenario itu berantakan. Dalam beberapa survey, Dr Zulkieflimansyah dan Abah Uhel selalu ada di posisi paling atas.

Kenapa bisa terjadi?

Karena keduanya ada di hati rakyat. Mereka berdua adalah pemimpin yang hari-harinya bersama rakyat. Tidak tersekat kepentingan kelompok tertentu. Abah Uhel selama jadi bupati Lombok Tengah dua periode, Bumi Tatas Tuhu Tresna menjadi surga bagi kelompok manapun dan etnis manapun. Sama halnya dengan Dr Zulkieflimansyah selama lima tahun terakhir memimpin NTB.

Keduanya juga berhasil menjadikan Pendopo sebagai rumah rakyat. Selama keduanya memimpin, pendopo bukanlah menara gading. Bukan perlambang kuasa dan kemewahan. Pendopo menjadi rumah yang menyenangkan bagi siapa saja. Setiap orang bisa masuk bertemu pemimpin mereka tanpa sekat.

Kembali lagi pertanyaan, kenapa Dr Zulkieflimansyah dan Abah Uhel selalu di atas pada banyak survey?

Rekam jejak keduanya masih terlihat jelas. Selama dua periode jadi Bupati Lombok Tengah, Abah Uhel meletakkan fondasi ekonomi yang cukup kuat.

Lombok Tengah tumbuh sebagai pusat ekonomi baru. Mandalika dengan segala pernak-perniknya tidak bisa dinafikan sebagai buah tangan dingin Abah Uhel.

Kampus STPDN masuk ke Praya. Kampus sekolah tinggi pariwisata, kantor bupati dibangun megah. Jalan menjadi dua jalur dan lain sebagainya. Jadilah Praya sebagai Kota Baru.

Berlanjut ke Dr Zulkieflimansyah. Mandalika dijadikan sebagai primadona. MotoGP ditarik ke Mandalika. Berbagai sarana pendukung ikut dibangun. Runway bandara semakin panjang. Pelabuhan peti kemas, Gilimas. Rumah sakit umum provinsi berstandar internasional.

Rakyat kebagian rezeki. Mereka bekerja di Mandalika pada setiap event. Rumah-rumah mereka disulap jadi penginapan. Hotel, rumah makan, klinik, rent car, bakan para pedagang kebagian rezeki juga.

Banyak lagi lah…!

Artinya, bahwa Dr Zulkieflimansyah dan Abah Uhel memiliki visi kepemimpinan yang sama. Yakni visi kerakyatan. Bukan visi kelompok atau visi pribadi.

Wajar jika ingatan rakyat akan Dr Zulkieflimansyah dan Abah Uhel begitu melekat. Meski survei menunjukan Top Mind terhadap Dr Zulkieflimansyah tidak sangat tinggi.

Karena visi kerakyatan. Keduanya ingin melihat rakyat tetap makan. Ekonomi terus harus tumbuh dan bergerak.

Selaras dengan hasil survey bahwa pemimpin yang diinginkan tahun 2024 adalah yang mampu mengelola ekonomi dengan baik. Point ini menjadi keinginan rakyat yang tertinggi.

Rekam jejak masih terlihat jelas.

Soal mengelola ekonomi daerah, Dr Zulkieflimansyah dan Abah Uhel adalah jagonya. Dulu mereka kerja secara terpisah. Dan terjeda waktu pula.

Tapi insyaallah besok akan bekerjasama dan sama-sama kerja untuk rakyat NTB.

Abah Uhel saat deklarasi di Praya meminta izin kepada rakyat NTB untuk menjadi PELAYAN.

Apakah pada posisi nomor satu atau nomor dua, tidak masalah. Yang penting bagi Abah Uhel adalah melayani rakyat NTB. Bukan ingin mempermalukan Bangsa Sasak.

Walahua’lam Bissawab*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page