Bertemu PMI di FGV Plantation Malaysia, Ini Pesan IGP Aryadi Untuk Para Pekerja

Sementara, di FGV Plantation, yang merupakan perusahaan milik pemerintah Malaysia bergerak di bidang perkebunan sawit, Kadisnakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi, diterima langsung oleh jajaran manajemen perusahaan. Dalam kesempatan tersebut, puluhan PMI asal Lombok yang bekerja di FGVPM Besout turut hadir dan melakukan dialog mengenai berbagai program, termasuk asuransi kesehatan bagi PMI dan program pasca-kerja bagi PMI yang kembali ke Indonesia.

Gardaasakota.com.-Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB melakukan kunjungan ke dua perusahaan besar yang mempekerjakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB di Malaysia, yakni KLK Berhad di Selangor dan FGV Plantation di Perak, pada 9-10 Desember 2024. Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesejahteraan dan hak-hak PMI yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut.

Salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang banyak menampung pekerja migran asal Lombok yaitu Kebun Tuan Mee Estate Operation yang berada di wilayah Selangor dan dikelola oleh Kuala Lumpur Kepong (KLK) Berhad.

Pantauan wartawan media ini saat mengunjungi perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut bersama sejumlah media dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB di Kebun Tuan Mee Estate Operation Wilayah Selangor yang dikelola oleh KLK Berhard pada Senin 09 Desember 2024, terungkap perusahaan ini merasa sangat nyaman mempekerjakan PMI asal Lombok di perusahaannya.

“Selama 22 tahun bekerja di sini merasa nyaman bekerjasama dengan PMI asal Lombok. Hak-hak sebagai pekerja tetap menjadi perhatian, mulai dari pondok penginapan, fasilitas kesehatan hingga pemantauan masalah psikologi para pekerja,” ujar Senior Plantation Manager KLK Berhad Chin Yik Loon.

Dengan ekspresi senang, ia mengaku sudah lama kerja sama dengan pekerja dari Lombok. Dari segi budaya, kerajinan dan kesanggupan kerja keras, mereka sanggup menyesuakan diri di Malaysia.

“Kami suka dengan etos kerja yang mereka miliki. Pekerja dari Lombok sanggup mengorbankan diri untuk semata-mata cari nafkah. Kita juga beri kebajikan, menjamin gaji dan pendapatan,” kata Chin Yik Loon.

Di Kebun Tuan Mee Estate ini, ia mengatakan terdapat 2013 hektare lahan perkebunan yang diisi oleh 96 persen batang sawit yang berbuah. Total jumlah pekerja di sini sebanyak 202 orang, di mana sebanyak 43 persennya adalah pekerja dari Indonesia, 38 persen dari Bangladesh, 17 persen India dan hanya 5 persen orang Malaysia.

“Dari jumlah ini sebanyak 86 orang perkerja dari Lombok,” kata Chin.

Bekerja sebagai pemotong buah kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang banyak dipilih karena berkesempatan mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Rata-rata gaji yang diterima pekerja tak kurang dari 2000 ringgit atau sekitar Rp 7 juta. Namun demikian, gaji yang diterima oleh pekerja tergantung dari tingkat kerajinan mereka.

“Maksimal bisa sampai 4 atau 5 ribu bagi yang rajin, rekor tertingi pernah mencapai 5 ribu ringgit lebih. Kalau musim hujan, kita akan coba tolong, mislanya kerja yang lain, tidak pernah benar-benar nganggur,” katanya.

Berbeda dengan pekerja dari Lombok, pekerja dari India di perusahaan ini lebih suka berada di bagian pengangkutan, menjadi tukang, bagian pestisida dan lain-lain sehingga gaji yang diterima pun berbeda. Pekerja dari Lombok menurutnya lebih senang memotong buah sawit, namun peluang kerja di bidang apa pun tetap terbuka peluang untuk semua pekerja.

Sementara, di FGV Plantation, yang merupakan perusahaan milik pemerintah Malaysia bergerak di bidang perkebunan sawit, Kadisnakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi, diterima langsung oleh jajaran manajemen perusahaan. Dalam kesempatan tersebut, puluhan PMI asal Lombok yang bekerja di FGVPM Besout turut hadir dan melakukan dialog mengenai berbagai program, termasuk asuransi kesehatan bagi PMI dan program pasca-kerja bagi PMI yang kembali ke Indonesia.

Kadisnakertrans NTB, IGP Aryadi dalam arahannya menegaskan pentingnya perlindungan yang baik bagi para PMI asal NTB, terutama terkait akses kesehatan, jam kerja yang manusiawi, serta lingkungan tempat tinggal yang layak. Ia juga menyoroti pentingnya hubungan yang harmonis antara pemberi kerja dan pekerja, serta mengingatkan agar PMI menyelesaikan masalah secara baik-baik, tanpa mengambil langkah yang dapat merugikan diri sendiri.

Lebih lanjut, Aryadi mengingatkan para PMI untuk menghindari perilaku yang dapat merusak diri dan mengancam masa depan ekonomi mereka, seperti judi online, kecanduan minuman keras, narkoba, serta hubungan bebas. Ia menegaskan bahwa penghasilan yang diperoleh harus digunakan secara bijaksana dan tidak untuk kegiatan merugikan seperti berjudi atau mengonsumsi alkohol.

“Gaji yang didapat jangan dipakai untuk judi, jangan minum-minuman keras, dan jangan terlibat dalam hal-hal yang bisa merusak diri. Banyak sekali godaan di luar sana, terutama judi online, yang hanya akan merugikan Anda,” ujar Aryadi, Selasa (10/12/2024).

Selain itu, Aryadi juga mengingatkan para PMI agar mematuhi peraturan yang ada baik di negara tempat mereka bekerja maupun di perusahaan tempat mereka bekerja. Ia menekankan agar para pekerja tidak mudah tergoda oleh iming-iming gaji lebih tinggi dari pihak yang tidak jelas, yang sering kali menyebabkan pekerja kabur dari perusahaan yang legal dan akhirnya menjadi ilegal.

“Jangan tergoda oleh tawaran yang tidak jelas. Itu bisa membuat Anda terjebak dalam masalah hukum,” tegasnya.

Kunjungan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para PMI asal NTB untuk tetap menjaga perilaku yang baik dan sesuai aturan, agar dapat sukses dalam bekerja di luar negeri dan kembali ke Indonesia dengan membawa manfaat bagi keluarga dan daerah. (GA. Ese*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page