Dr TGH Hazmi Hamzar |
Mataram, Garda Asakota.-
Momentum pelantikan Persatuan Guru Nahdhatul Ulama (PERGUNU) Provinsi NTB oleh Ketua Pengurus Pusat PERGUNU, Prof Dr KH Asep Saefuddin Khalim, yang hari ini, Sabtu 19 Februari 2022, berlangsung di Hotel Lombok Raya, harus bisa dijadikan sebagai sebuah momentum untuk memformulasikan metodelogi pembelajaran yang efektif ditengah pandemi Covid-19.
“Sebab metodelogi yang digunakan saat sekarang yang digunakan ditengah pandemi seperti metode daring itu tidak sesempurna seperti metode tatap muka dan ini tentu sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan anak didik kita. Oleh karena itu, saran saya agar dari momentum pelantikan Pergunu ini bisa melahirkan sebuah pemikiran baru tentang suatu metodelogi pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas siswa didik kita,” saran Ketua Yayasan Maraqittaqlimat Mamben Lombok Timur, Dr TGH Hazmi Hamzar, kepada wartawan media ini, Sabtu 19 Februari 2022.
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, siswa didik saat sekarang banyak mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri lagi dengan metode tatap muka paska menerima pembelajaran daring. Apalagi menurutnya, setelah siswa didik itu menerima pembelajaran dengan metode daring, mereka sudah terbiasa bebas dan tidak diikat oleh tata tertib.
“Dan bahkan mereka tidak terkontrol dalam pembelajarannya sehingga ketika menerima pembelajaran tatap muka kembali, seolah-olah siswa didik itu merasa bahwa pembelajaran tatap muka itu menjadi ‘barang baru’ bagi mereka. Oleh karena itu, perlu dirumuskan sebuah metode pembelajaran percepatan untuk memulihkan kembali mentalitas siswa didik kita, maka harus segera dicarikan solusinya,” saran pria yang juga merupakan anggota Komisi V Bidang Pendidikan DPRD Provinsi NTB ini.
Rumusan metodelogi pembelajaran percepatan ini berfungsi untuk memandu lebih cepat terjadinya pemulihan mentalitas siswa didik akibat dari perubahan dramatis metodelogi pembelajaran dari metode tatap muka ke metode daring dan dari metode daring ke metode tatap muka.
“Akibat dari penerapan metodelogi yang seperti itu maka hasilnya sangat buruk bagi siswa didik kita. Bahkan di tingkat perguruan tinggi pun mengalami hal yang sama. Secara psikologis tentu dengan adanya perubahan metodelogi ini akan mempengaruhi psikologis siswa didik kita. Kejiwaan mereka akan mengalami keguncangan. Maka inilah perlunya dipikirkan tentang sebuah metodologi baru yang efektif untuk menyesuaikan metode belajar siswa ini yakni sebuah metodologi yang akan mensingkronkan antara metode daring dengan metode tatap muka ini,” cetusnya.
Rumusan metodologi penyesuaian itu menurutnya harus bisa dibahas bersama oleh semua perangkat atau institusi yang terlibat dalam dunia pendidikan.
“Formulasinya bisa saja dibahas dalam sebuah seminar terbatas baik di tingkat Provinsi maupun pada tingkat Nasional,” pungkasnya. (GA. Im*)