Blog  

Hadir di Ponpes Qomarul Huda, Dirjen SDPPI Bicara Tentang Era Digital

Pimpinan Ponpes Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah, TGH Turmudzi Badruddin, atau yang lebih akrab disapa Tuan Guru Bagu, (Tengah), dan Dirjen SDPPI Kemenkominfo RI, Dr Ir Ismail MT, bersama Civitas Ponpes Qomarul Huda Bagu Loteng, Sabtu 19 Maret 2022.

Mataram, Garda Asakota.-


Direktur Jenderal (Dirjen) Suber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia, Dr Ir Ismail MT., menggelar kegiatan silaturrahmi dan sosialisasi tentang Era Digital dengan seluruh civitas Pondok Pesantren (Ponpes) Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah Pimpinan TGH Turmudzi Badruddin, Sabtu 19 Maret 2022.


“Apa itu Era Digital?. Saat sekarang kita masuk dalam sebuah era dimana kondisi dunia sedang mengalami perubahan. Tanpa kita sadari, saat sekarang seluruh aktivitas manusia sudah memasuki ruang digital. Dimasa awal merebaknya pandemi Covid19, tanpa disadari aktivitas pembelajaran menggunakan dunia digital. Aktivitas dunia kerja juga sampai sekarang masih menggunakan ruang digital. Artinya era digital itu adalah seluruh aktivitas yang sebelumnya dilakukan secara konvensional telah mengalami peralihan ke ruang digital,” terang pria kelahiran Lombok ini mengawali pemaparannya.


Dalam aspek produksi alat-alat telekomunikasi dan lainnya, lanjutnya, saat sekarang ini banyak sekali yang sudah dilakukan tanpa menggunakan tenaga manusia. Akan tetapi sudah menggunakan teknologi robot atau alat-alat buatan.


“Era Digital juga akan merubah wajah industri kita. Dimana semua aspek aktivitas kehidupan manusia dibelakangnya menggunakan teknologi digital. Sehingga saat sekarang ini disebut dengan Era Digital,” paparnya.


Menurut Doktor Alumni ITB ini, digitalisasi kehidupan manusia itu disatu sisi memberikan banyak kemanfaatan bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah memangkas jarak dan waktu. Selain itu, manfaat lainnya adalah efisiensi industri atau mengurangi biaya produksi barang.


“Selain memiliki banyak manfaat, digitalisasi juga memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia. Diantaranya adalah lupa akan waktu, lupa akan belajar dan lupa untuk mengaji, saking banyaknya hiburan di dunia digital. Perlu hati-hati, karena dunia digital ini banyak mengandung jebakan dan persoalan. Ibarat sebuah keping mata uang, ada sisi positif dan ada juga sisi negatifnya,” terang Doktor Ismail.


Lantas bagaimana sikap kita terhadap Ruang Digital ini?. Menurut Dirjen SDPPI, masyarakat harus bisa memaksimalkan manfaat yang ditimbulkan akibat berkembangnya ruang digital ini dan sekaligus dapat meminimalkan dampak negatif yang dimunculknannya.


“Hal ini tentu membutuhkan kompetensi atau pengalaman belajar agar tidak terjebak dalam arus negatif digitalisasi ini yang dapat mempengaruhi perilaku kita sehari-hari. Kita harus mampu memiliki kemampuan untuk memilih yang baik dan memilah yang tidak baik. Apapun latar belakang keilmuan dan profesi kita, maka sebaik-baiknya juga harus dibarengi dengan kemampuan memahami dan menggunakan alat-alat digital secara baik,” ujar pria yang juga merupakan Komisaris di PT Telkom ini.


Kemampuan beradaptasi dengan dunia digital itu menurutnya adalah kemampuan untuk memahami sekaligus menggunakan ruang digital itu dengan baik. Awalnya hanya menggunakan ruang digital sebagai pengguna pasif, tapi kemudian harus ditingkatkan lagi wawasannya untuk bisa memanfaatkan ruang digital itu sebagai ruang yang bermanfaat untuk membuat aplikasi-aplikasi yang bermanfaat. Apalagi aplikasi yang dipergunakan oleh masyarakat saat sekarang ini hampir 90 persennya adalah buatan asing.


“Jadi wawasan digital ini menjadi suatu hal yang sangat penting tidak hanya dalam persoalan yang umum akan tetapi juga dalam persoalan-persoalan yang khusus guna menjawab setiap persoalan yang kita hadapi,” timpalnya.


Dalam kesempatan itu, Dirjen SDPPI menegaskan juga komitmen Pemerintah khususnya Kementerian Kominfo dalam mengatasi terjadinya blank spot dan fenomena sinyal lemah.


“Komitmennya agar jangan sampai ada masyarakat kita yang berada di pelosok atau di desa-desa yang tidak punya kesempatan untuk konek dengan dunia digital ini. Ini tidak boleh ada. Sebab infrastruktur jaringan itu syaratnya ada tiga pertama harus tersedia dimana-mana, kedua infrastruktur jaringan itu harus berkualitas, yang ketiga adalah harus dengan harga atau dengan tarif yang terjangkau,” pungkasnya.


Pantauan wartawan, civitas Ponpes Qomarul Huda sangat antusias merespons sosialisasi Dirjen SDPPI tentang Era Digital ini. (GA. Ese*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page