Ketua Umum Kordinator Nasional Relawan Go-Anies Sirajuddin Abdul Wahab, bersama Capres RI, Anies Baswedan.
Jakarta, Garda Asakota.-
Ketua Umum Kordinator Nasional Relawan Go-Anies Sirajuddin
Abdul Wahab menanggapi berbagai aksi penjegalan Anies Baswedan yang mulai marak
dilakukan oleh pihak-pihak yang ditengarai tidak senang dengan melejitnya
elektibilitas Anies.
“Go-Anies menilai fenomena ini lebih buruk dari suasana
sebelum pemilihan presiden 2019. Pilpres 2019 tidak ada bakal calon yang
dijegal dan ditakuti seperti Anies. Namun perpecahan terjadi kian nyata.
Menghadapi Pilpres 2024, hanya Anies calon yang ditakuti, tapi siapa yang jadi
lawan belum jelas, ini semua seperti operasi senyap menjegal Anies dipilpres
2024,” ungkap Sirajuddin Abdul Wahab melalui siaran persnya yang diterima
redaksi, Kamis 08 Desember 2022.
Penjegalan terhadap safari Anies keliling daerah dalam
rangka bertemu dengan masyarakat, lanjutnya, adalah upaya politik yang tidak
fair dan tidak mencerminkan keadaban politik Indonesia.
“Saling menghadang dan menjegal antar anak bangsa, saling
mencekal bukanlah bagian dari kultur budaya masyarakat Indonesia, ini adalah
agenda politik segelintir orang yang mulai ketakutan akibat semakin kuatnya
posisi Anies dalam pilpres 2024,” cetus mantan Sekjen DPP KNPI ini.
Menurutnya, upaya politik untuk menjegal Anies sudah mulai
marak terjadi, bahkan sudah mulai ada yang melaporkan Anies di Bawaslu RI.
“Lalu atas dasar apa Anies disebut melanggar pemilu? DIa
belum dinyatakan oleh KPU sebagai Peserta Pemilu, objek Laporanya tidak jelas
dan tidak memiliki dasar apapun,” tegasnya.
Proses pemilu, kata Siraj, belum dimulai, saat ini baru
berada dalam tahap verifikasi peserta pemilu (verifikasi Partai Politik), dan
tidak ada satupun calon presiden yang diumumkan oleh KPU.
“Ini juga menjadi pertanyaan, kenapa Bawaslu mau menerima
laporan tersebut padahal objek laporannya tidak ada?,” timpalnya.
Dikatakannya, perjalanan Anies keliling Daerah itu bukan
dalam rangka sebagai Calon Presiden, tetapi sebagai masyarakat biasa yang
kebetulan adalah bakal calon presiden.
“Catat, bakal calon presiden, bukan calon presiden. Adapun
penyambutan masyarakat dan relawan diberbagai daerah itu adalah merupakan
penghormatan, rasa kecintaan pada Anies, serta adanya keinginan besar pada arus
perubahan di pemilu presiden 2024 mendatang, selain dari itu budaya ketimuran
bangsa indonesia sangat menghormati tamu yang datang berkunjung kedaerahnya,” terangnya.
Kalau dianggap itu melanggar aturan Kampanye, lanjutnya, ini
mengherankan bagi kami. Sejauh ini, menurunya, tidak ada larangan apapun yang
dikeluarkan KPU maupun Bawaslu mengenai siapapun yang disebut bakal calon untuk
keliling daerah, bertemu dengan relawan dan simpatisan dalam kapasitasnya
sebagai bakal calon.
“Tetapi kenapa hanya Anies yang dihadang dan diganggu?
Apakah karena hanya Anies yang disambut masyarakat?Semua ini menjadi pertanyaan
dibenak kami. Karena itu kami berharap, marilah kita menyambut pemilu 2024
dengan semangat persatuan dan sportifitas. Kalau ingin bersaing dengan
cara-cara yang tidak benar, yang provokatif, Anies tidak akan mau melakukan
itu, dan kami juga tidak akan melakukan hal-hal yang kurang terpuji seperti itu,”
tegas Siraj.
“Mari kita adu gagasan, narasi, karya-karya yang dapat
dinilai oleh masyarakat, jangan adu sentiment, karena itu bisa memecah belah,
sebagaimana yang terjadi dalam pilpres 2019. Kita tidak mau mengulangi kesalahan
yang sama,” pungkasnya. (**)