Soroti Tajam Pertumbuhan Ekonomi NTB -1,47 Persen, Abdul Rauf Dorong Keberlanjutan Program Hilirisasi

Anggota Komisi II DPRD NTB, Abdul Rauf, ST. MM.,

Gardaasakota.com.- Pertumbuhan ekonomi NTB mengalami kontraksi hingga -1,47 persen. Hal ini didasari oleh data rilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Anggota Komisi II DPRD NTB, Abdul Rauf, ST. MM., menyoroti tajam kondisi ini. Ia menyebut capaian ini sebagai cermin lemahnya penguasaan daerah terhadap potensi ekonomi yang dimiliki.

“NTB ini sebenarnya kaya akan produksi—jagung, bawang merah, tembakau, hasil laut, dan ternak. Tapi karena tidak ada pengolahan dan industri di dalam daerah, kita hanya jadi penyedia bahan mentah untuk daerah lain. Ini yang membuat ekonomi kita stagnan bahkan menurun,” ujar Abdul Rauf di Mataram, Selasa (27/5).

Anggota DPRD dari Fraksi Partai Demokrat ini mengatakan, ketergantungan NTB terhadap sektor tambang tanpa penopang yang kuat dari sektor pengolahan dan hilirisasi menyebabkan struktur ekonomi daerah sangat rentan. Ia menekankan perlunya pergeseran arah pembangunan ekonomi dari berbasis ekstraksi menjadi berbasis pengolahan.

Sebagai anggota Komisi II DPRD NTB yang membidangi sektor ekonomi, Abdul Rauf menegaskan komitmennya untuk mendorong program hilirisasi dan industrialisasi komoditas unggulan di NTB sebagai langkah strategis untuk membangkitkan ekonomi rakyat.

“Hilirisasi bukan sekadar wacana. Ini harus jadi gerakan nyata. Kita perlu membangun pabrik pakan, sentra pengolahan tembakau, dan industri bawang goreng atau olahan lainnya langsung di sentra produksi. Ini akan menciptakan lapangan kerja, stabilkan harga, dan menjaga nilai tambah tetap di NTB,” tegasnya.

Dalam pernyataannya, Abdul Rauf menyampaikan empat rekomendasi utama kepada Pemerintah Provinsi NTB:

  1. Bangun industri pengolahan lokal untuk komoditas unggulan seperti jagung, tembakau, dan bawang merah.
  2. Perkuat koperasi petani dan BUMDes sebagai pelaku utama dalam rantai distribusi dan perdagangan.
  3. Fasilitasi ekspor langsung dari pelabuhan lokal seperti Bima, Lembar, dan Awang agar nilai ekspor tercatat di NTB.
  4. Arahkan APBD untuk mendukung sektor produktif rakyat, seperti infrastruktur tani, irigasi, pelatihan keterampilan, dan akses digital UMKM.

Abdul Rauf menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi harus dimulai dari bawah: dari kekuatan rakyat kecil seperti petani, nelayan, peternak, dan pelaku UMKM. Tanpa strategi hilirisasi yang kuat, NTB akan terus menjadi “lumbung bahan mentah” bagi daerah lain tanpa memperoleh manfaat maksimal.

“Saatnya kita membalikan arah. Jangan lagi kita bangga dengan panen melimpah kalau petani tetap rugi. Kita butuh keberpihakan nyata pada ekonomi rakyat. Hilirisasi adalah jalan menuju kemandirian ekonomi NTB,” tutupnya. (GA. Im*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page