Kota Bima, Garda Asakota.-Bukan STKIP Taman Siswa (Tamsis) Bima namanya kalau tidak ada hal baru yang spesial dan berbeda dari kampus lain. Usai mencetak rekor pendaftar terbanyak pada penerimaan mahasiswa baru tahun ini, aura positif pun langsung menyebar.
Dua orang sahabat, Dr. Lalu Muhammad Iqbal, M.H.I dan Dr. H. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si, bertemu untuk berkolaborasi memberikan motivasi kepada mahasiswa baru di STKIP Taman Siswa Bima, pada Sabtu (6/7/2024). Dua orang doktor enerjik dan progresif ini membagi cerita inspiratif di hadapan mahasiswa baru.
Kegiatan bertajuk “Temu Inspirator” tersebut dikemas dalam diskusi ringan namun punya bobot berskala internasional. Kedua narasumber membagikan kisah dan pesan moral untuk mahasiswa baru dalam mengarungi dunia perkuliahan dan dunia kerja yang semakin menantang.
Untuk memulai tahun akademik baru, kampus dengan tagline Beradab ini memang sengaja mengundang khusus Dr. Iqbal, seorang diplomat dengan sejuta pengalaman menjadi duta besar di berbagai negara.
Kehadiran pria yang mulai merantau sejak usia belia itu untuk memberikan semangat dan motivasi tersendiri bagi mahasiswa baru. Dr. Iqbal berbagi cerita inspirasi dan pandangan global yang diharapkan dapat memotivasi para mahasiswa dalam mengarungi dunia pendidikan serta karier ke depan.
Dr. Iqbal mengawali ceritanya dengan mengingat kembali perjalanannya meninggalkan kampung halaman pada tahun 1987 di usia 14 tahun dengan bekal pesan dari sang ayah.
“Di mana pun kamu berada, selama kita masih di atas langit yang sama, maka kita masih di satu rumah,” ujarnya membuka kisahnya.
Pesan tersebut menurutnya, penting dalam mengajarkan prinsip globalisasi dan keterhubungan yang mendalam, di mana peristiwa di belahan dunia lain dapat berdampak langsung pada kehidupan di Indonesia.
Dalam uraiannya, Dr. Iqbal menekankan bahwa dunia kini sudah tanpa batas. “Harga jagung di Bima dipengaruhi oleh cuaca di California. We are totally connected,” ujarnya.
Ia juga mencontohkan bagaimana teknologi telah mengubah cara berinteraksi manusia, bahkan dalam bidang kesehatan di mana data medis di Afrika yang kekurangan dokter dapat dikirim ke Australia untuk mendapatkan diagnosis yang lebih lengkap.
Di akhir-akhir ceritanya, Dr. Iqbal mendorong para mahasiswa untuk memiliki pemikiran global meskipun tinggal di daerah lokal.
“Living locally thinking globally. Tanamkan itu dalam hati dan pikiran kalian,” tegasnya.
Menurutnya, mempertahankan identitas lokal sangat penting di era globalisasi ini. Ia mengutip buku Global Paradox, yang menjelaskan bahwa meskipun dunia semakin global, komponen lokal seperti budaya justru semakin penting.
Dr. Iqbal berharap para mahasiswa dapat menjadi individu yang mendunia tetapi tetap mempertahankan identitas Bima. Ia juga mengingatkan bahwa tantangan di masa depan akan semakin besar, dengan munculnya teknologi yang menghilangkan beberapa jenis pekerjaan. Namun, ia menekankan pentingnya mempertahankan harapan dan kepercayaan diri.
“Hidup ini tidak ada life time comfort zone. Jadi hidup ini akan berpindah-pindah dari krisis ke krisis lain. Dari pada kamu masuk di krisis yang tidak kamu kehendaki, lebih baik kamu ciptakan krisismu sendiri,” pesan Dr. Iqbal menutup kisahnya.
Sementara Ketua STKIP Taman Siswa Bima, juga tak ingin ketinggalan memberikan motivasi pada mahasiswa baru dengan l menekankan pentingnya perubahan mindset. “Change your mindset. Dari penumpang menjadi pengemudi,” ujar doktor yang baru saja pulang dari ibadah haji ini.
Dr. Ibnu juga mengajak para mahasiswa untuk berdaya saing internasional sambil tetap mempertahankan identitas lokal. Menurutnya, kehadiran dan inspirasi dari Dr. Iqbal yang telah berpengalaman di dunia global, mahasiswa diharapkan menjadi pemimpin yang unggul dan berdaya saing internasional. Membawa nama baik kampus dan daerah ke panggung dunia.
“Dengan demikian, STKIP Taman Siswa Bima terus membuktikan komitmennya dalam mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri lokal, sesuai dengan tagline Tamsis Beradab Go International,” tegasnya.
Sesi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, mahasiswa bertanya tentang cara untuk bisa keliling dunia, tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah sosial, serta tips mengatasi dampak negatif globalisasi dan mempertahankan budaya lokal.
Kedua doktor muda tersebut menjawab dengan penuh bijaksana, dengan keluasan pengalaman dan ilmu masing-masing. Dr. Iqbal yang pernah menjadi duta besar di puluhan negara itu juga menambahkan pentingnya harapan dan semangat dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan. (GA. 212*)