Mataram, Garda Asakota.-
Saat sekarang ini dunia pendidikan Islam sudah mulai bergerak maju dengan melakukan penerapan-penerapan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang kesehatan. Salah satunya adalah Yayasan Marraqitta’limat Mamben yang ada di Kabupaten Lombok Timur.
Yayasan Maraqitta’limat Mamben yang diasuh oleh, Dr TGH Hazmi Hamzar, ini adalah salah satu yayasan pengembangan Islam yang tidak hanya fokus membina dan mengajarkan generasi muda mengenai pendidikan-pendidikan keislaman. Akan tetapi juga fokus dalam pengembangan-pengembangan dan pembinaan dalam bidang lainnya seperti dalam bidang kesehatan.
“Selain Pondok Pesantren, Yayasan Maraqitta’limat telah memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES Hamzar), Klinik Hamzar, SMK Peternakan Jurusan Kesehatan Hewan, serta nanti akan dibangun juga Klinik Kesehatan Hewan yang juga akan memberikan sumbangsih dalam penyelesaian penyakit yang menyerang ternak seperti virus penyakit mulut dan kuku. Jadi dengan adanya hal ini, maka kesan Pondok Pesantren itu tidak lagi terkesan konvensional, tetapi sudah berkembang menjadi Pondok Pesantren yang modern yang bisa memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan kekinian yang terjadi dalam masyarakat kita,” terang pria yang juga merupakan anggota Komisi III DPRD Provinsi NTB ini kepada wartawan, Sabtu 04 Juni 2022.
Salah satu penggunaan metode khitan SunaThrone Klamp. |
Salah satu program yang menarik dari Klinik Hamzar yang berada di bawah naungan Yayasan Maraqitta’limat adalah penggunaan metode sunatan cepat tanpa suntikan, tanpa dijahit, tanpa diperban dan tanpa ada pantangan makan makanan apapun. Metode Sunathrone Klamp ini merupakan metode khitan modern yang sangat berbeda dari metode konvensional yang selama ini diterapkan di Indonesia.
“Anak-anak setelah dikhitan atau disunat dengan menggunakan metode SunaThrone Klamp, tidak merasakan sakit sama sekali, bahkan anak-anak bisa langsung bisa mandi, bisa langsung pakai celana, bisa langsung bermain, bisa langsung sekolah dan bisa langsung beraktivitas. Dan Klinik Hamzar lah yang memiliki lisensi pertama di Provinsi NTB ini untuk menyelenggarakan pelaksanaan Sunathrone ini sekaligus untuk memberikan pengajaran dan lisensi terhadap para tenaga kesehatan (Nakes) yang ingin menerapkan Sunathrone di seluruh wilayah Indonesia,” terang pria yang digadang-gadang akan tampil menjadi Calon Anggota DPR RI dari Partai PPP Daerah Pemilihan Pulau Lombok ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Creator Sunathore Klamp, dr Andi Berlian Tanwir. Diungkapkannya, metode sunathrone klamp ini merupakan metode alat bantu khitan yang sifatnya disposeable atau peralatan sekali pakai untuk satu anak yang dikhitan.
“Alat ini sekaligus menggantikan jahitan dan menggantikan perban. Jadi tanpa jahitan dan tanpa perban. Anak-anak bisa beraktivitas seperti biasa bahkan sudah boleh langsung mandi dan boleh langsung ibadah seperti biasa. Tanpa adanya pantangan makanan. Jadi sudah masuk alat bantu yang sudah modern mengikuti perkembangan teknologi dunia kedokteran,” jelas dr Berlian.
Menurutnya, metode Sunathrone Klamp pertama kali dilaunching pada tanggal 23 Desember 2005 di Kuala Lumpur Malaysia, dan dr Andi Berlian Tanwir, adalah salah seorang yang pertama kali menciptakan metode sunatrhone klamp ini. Penerapan Sunathrone Klamp ini sudah diterapkan di Provinsi NTB sejak tahun 2019. Sementara penerapan pertama kalinya di Indonesia sejak tahun 2017.
“Tetapi Sunathrone Klamp sendiri sudah ada sejak tahun 2005. Hanya saja, dari tahun 2005 hingga tahun 2015 kebanyakan aktivitas saya kebanyakan di Luar Negeri maka penerapannya kebanyakan di Luar Negeri dengan mengusung program Philantropic bersama WHO,” imbuhnya seraya mengungkapkan salah satu keuntungan sunat bisa mencegah seseorang dari penyebaran virus HIV dan AIDS.
Klinik Hamzar yang berada dibawah naungan Yayasan Maraqitta’limat menjadi parnert pertama dr Andi Berlian Tanwir untuk menerapkan metode sunathrone klamp di Provinsi NTB tahun 2019 lalu.
“Dan alhamdulillah, dengan kemitraan yang dibangun bersama dengan Klinik Hamzar ini maka penerapannya bisa dilakukan secara jauh lebih profesional,” timpalnya.
Direktur Klinik Hamzar, dr Afra Humairah, mengungkapkan saat sekarang ini Klinik Hamzar gencar memberikan pelatihan terhadap para Nakes yang ada di seluruh Indonesia terkait dengan metode sunathrone klamp ini.
“Hari ini merupakan pelatihan yang ke-10 yang digelar oleh pihak Klinik Hamzar terhadap para nakes ini. Alhamdulillah dengan adanya pelatihan ini, maka semakin banyak nakes kita yang mengenal seperti apa itu sunat modern atau sunathrone klamp ini. Ini sebagai bentuk komitmen Klinik Hamzar dalam melakukan pengembangan ilmu disamping melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” ujar dr Afra seraya mengungkapkan Klinik Hamzar membuka poli pelayanan sunathrone bagi masyarakat NTB.
Manager Klinik Hamzar yang juga merupakan Praktisi Sunathrone Klamp, Supriadi, M.Kep., mengungkapkan metode sunat modern saat sekarang ini sangat berkembang, tidak hanya metode Sunathrone Clamp semata. Akan tetapi menurutnya berdasarkan penelusuran jurnal ilmiah Internasional yang dilakukannya, maka pihaknya meyakini bahwa dari sekian banyak metode sunat modern itu, metode Sunathrone Clamp, menjadi metode yang menjadi pilihan bagi Klinik Hamzar untuk diterapkan di NTB.
“Inilah yang mendasari Klinik Hamzar menjadi satu-satunya yang menjadi pioner pelayanan khitan modern metode Sunathrone Klamp di NTB tahun 2019. Jadi pertama di NTB itu ada di Klinik Hamzar,” terang pria yang juga merupakan Dosen di Stikes Hamzar ini.
Tahun 2019, metode Sunathrone Klamp ini diperkenalkan kepada para nakes di NTB melalui kegiatan pelatihan. Saat itu menurutnya peserta pelatihan metode Sunathrone Klamp dengan 26 orang peserta.
“Maret Tahun 2022, peserta yang mengikuti metode ini membludak yakni berjumlah 38 orang. Pelatihan yang digelar hari ini berjumlah 46 orang. Dalam kurun waktu hingga saat sekarang, sudah terselenggara 10 kali pelatihan dengan jumlah peserta yang cukup banyak dan diikuti oleh peserta yang berasal dari Jawa dan bahkan sekarang ada juga peserta dari Kupang NTT,” pungkasnya. (GA. Im/Ese*)