Gardaasakota.com.-Ikatan Alumni Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Provinsi NTB hadir di Kota Bima untuk memberikan Pelatihan Human Center Design (HCD) pada Tokoh Agama, Kader Posyandu dan Tenaga Kesehatan yang disponsori oleh Unicef.
Ketua IAKMI NTB, Muhammad Abdullah, S.KM, MQIH, mengungkapkan bahwa imunisasi secara umum di NTB masih banyak kendala dan tantangan terutama kelompok kelompok yang menolak imunisasi dengan berbagai alasan seperti khawatir efek samping atau hal lain yang menakutkan padahal itu reaksi normal dari pemberian vaksin.
Ada juga yang mengkaitkan dengan sosiocultural atau hal hal Agama misalnya ada zat tidak halal terkandung di dalam vaksin padahal Fatwa MUI sudah jelas mengatakan bahwa vaskin imunisasi itu di perbolehkan dan penting untuk kebaikan umat dan baik untuk perkembangan anak.
“Karena kondisi sosial pemahaman masyarakat inilah maka kegiatan HCD ini perlu dan penting dilakukan di mana tenaga kesehatan perlu bersinergi dengan Tokoh Agama dan Kader untuk memberikan edukasi dan pemahaman pada masyarakat,” ungkapnya.
Menurutnya, ketiga stakeholder ini punya peluang untuk memberikan edukasi dan pencerahan kepada masyarakat melalui pendekatan Human Centered Design (HCD).
“Prinsipnya adalah kita menganggap manusia itu sebagai center (pusat) dari masalahnya, kita menggali apa sih masalah yang di hadapi seseorang secara individu hingga tidak mau di imunisasi, kita cari akar permasalahannya lalu kita carikan solusinya maka perlu ada pendekatan khusus,” paparnya.
Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta akan turun lapangan menggali secara langsung khususnya keluarga yang menolak imunisasi ini, paling tidak pernah imunisasi tapi bolong bolong atau imunisasinya nggak lengkap.
“Imunisasi lengkap itu bertahap yaitu mulai usia O bulan sampai 9 bulan kemudian usia 2 tahun dan seterusnya dan vaksin imunisasinya pun tentu berbeda tergantung usia,” katanya.
Untuk kanker leher rahim atau biasa disebut kanker Serviks itu sudah ada vaksin imunisasinya tapi masyarakat saja yang enggan padahal gratis, untuk sekali vaksin saja imunisasi kanker serviks ini biayanya sebesar Rp2,5 juta.
Targetnya, dari Pelatihan HCD ini para peserta dapat memahami cara mengidentifikasi masalah terkait imunisasi sehingga mereka dapat menemukan akar persoalannya.
“Jangan berhenti sampai di pelatihan saja justru apa yang di peroleh dari kegiatan ini di implemenntasikan dalam hidup sehari hari agar target cakupan imunisasinya meningkat,” imbaunya.
Ia menegaskan bahwa, imunisasi itu bukan lagi hak, tapi hal wajib yang diberikan pada anak oleh orangtua dan kalau itu tidak dilakukan maka itu tindakan diskriminatif pada anak. Selain itu juga anak yang tidak diberi vaksin lengkap, akan rentan menjadi sumber penularan bagi yang lain karena sistem kekebalan tubuhnya lemah. (GA. 003*)