Blog  

Shalat Idul Fitri di Lapangan SMKPPN Bima, Khatib Ungkap Tiga Dimensi Waktu Ramadhan

 



Suasana pelaksanaan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriyah/2 Mei 2022 di lapangan SMKPPN Bima Jatiwangi.




Kota Bima, Garda Asakota.-



Segenap elemen masyarakat Jatiwangi Kecamatan Asakota dan sekitarnya, Senin (2/5/2022) memadati lapangan SMKPPN Jatiwangi Bima dalam rangka melaksanakan Shalat Idul Fitri, 1 Syawal 1443 Hijriyah. 


Ustadz Drs. H. Taufikurrahman, M.Pd


Pantauan langsung wartawan, selain ratusan warga, nampak hadir juga Pejabat Pemkot Bima, Drs. Adisan dan H. Ahmad, serta Kepala SMKPPN Bima, Abdul Hamid, S.Pt, M.Pd. 


Sedangkan yang bertindak sebagai Khatib yakni, Ustadz Drs. H. Taufikurrahman, M.Pd, dan Ustadz Budiman, S.Ag, yang memimpin shalat Id berjamaah sekitar pukul 07.05 Wita.


 



Ustadz H. Taufikurrahman dalam khutbahnya  mengungkapkan tahun ini warga Kota Bima pada khususnya bisa bernafas lega. Karena, tahun ini bisa melaksanakan shalat Idul Fitri di lapangan terbuka, seiring dengan kasus COVID-19 yang melandai. Tidak kecuali warga Jatiwangi dan sekitarnya seperti Tato, Gindi, Tambana, dan lingkungan Lela Kelurahan Jatibaru Timur.


Ustadz Drs. H. Taufikurahman, M.Pd, mengawali khutbah Idul Fitrinya dengan mengajak para jamaah untuk bertakbir, bertasbih, bertahmid, memuji keagungan Allah Rabb semesta alam, yang telah mengaruniakan kekuatan dan kenikmatan serta kesehatan. Selain itu, khatib juga mengajak jamaah untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW. 


Sebagai hamba Allah, patut bersyukur karena umat Islam di Kota Bima tercinta ini pada tahun 2022, masih bisa melaksanakan shalat Idul fitri di lapangan-lapangan, dan masjid- masjid, sementara betapa banyaknya saudara kita kaum muslimin yang tidak sempat melaksanakan sholat Idul Fitri, baik karena sakit, karena sedang  dalam perjalanan, maupun sedang dalam peperangan seperti saudara muslim di Palestina, dan di negara Rusia dan Ukraina. 


Pada kesempatan ini, khatib menyampaikan tema khutbah Ied Fitri “Mari Meningkatkan dan Mempertahankan Keimanan dan Ketaqwaan Kita dalam Tiga Dimensi Waktu Ramadhan”.


Hari ini, ummat Islam se Dunia sedang berbahagia dan bersyukur karena mereka semua sudah kembali dalam kehidupan yang suci bersih atau kembali fithrah setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa dan memohon ampunan Allah selama sebulan penuh dalam suci Bulan Ramadhan.


Hari raya Idul Fitri atau ARU RAJA TOI (bahasa Bima, red) hampir selalu diwarnai dengan gegap gempita kegembiraan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Gema takbir dikumandangkan di malam harinya, kadang di sertai sejumlah aksi pawai. 


Pada pagi harinya pun, kaum Muslimin berbondong bondong menuju lapangan- lapangan, dan masjid-masjid untuk melaksanakan shalat Idul Fitri dengan mengenakan pakaian serba baru, kemudian menikmati makanan khas dan istimewa, serta bersiap bepergian untuk silaturahim ke sanak kerabat, bahkan ada yang  berkunjung ke beberapa objek wisata yang menarik.


Dalam mewujudkan kesucian dan kemuliaan bulan ramadhaan, ada tiga dimensi waktu yang selalu dirayakan dan dilaksanakan oleh kaum muslimin se dunia sebagai perwujudan akan kebahagiaan dan kerinduannya terhadap bulan ramadhan. 


Ketiga dimensi tersebut ungkap Ustadz Taufik, yakni persiapan mental jelang Ramadhan, pelaksanaan bulan Ramadhan, dan pasca bulan Ramadhan. 


Pada dasarnya, kaum muslimin telah menyiapkan diri sebagai ungkapan bahagia dan rindunya pada kehadiran bulan suci Ramadhan dengan melakukan doa dan beberapa kegiatan. 


Sesuai dengan tujuan perintah Puasa yaitu agar engkau menjadi orang yang bertaqwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah ayat 183. 



{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}



“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. 


Sepanjang bulan suci Ramadhoan, ada dua dimensi yang harus diwujudkan dan sebagai kewajiban Kaum Muslimin; yaitu dimensi meningkatkandimensi meningkatkan adalah meningkatkan Iman dan Taqwa. 


“Dimensi ini adalah melaksanakan puasa, banyak  bersabar dan beristigfar, melaksanakan shalat Taraweh, mendengarkan Kultum Tausiah Keagamaan, Tadarussan Quran, mengikuti kegiatan Nuzulul Quran, Lailatul Qadar, shalat subuh berjamaah di masjid- masjid, membayar Zakat Fithrah, dan Shalat Idul Fitri.


Kemudian, sambungnya dimensi menahan diri. Dimensi menahan diri adalah mmenahan diri dari hawa Nafsu seksual, Lapar dan Dahaga, kata- kata kotor, dan caci maki, cekcok dan konflik, serta  menahan diri dari hal- hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. 


Kedatangan Ramadhan menjadikan umat Islam bahagia menyambutnya, dan kepergiannya membuat sedih dan menangis. “Itulah bulan suci ramadhaan. Walau bulan Ramadhan telah pergi meninggalkan kita kaum muslimin,” ungkapnya. 


Ustadz Taufik mengajak umat Islam agar tetap memelihara dan mempertahankan buah didikan dan gemblengan selama bulan Ramadhoan. Kemuliaan sikap dan amalan yang harus tetap dipertahankan adalah tetap semangat beribadah dan beramal saleh baik kualitas maupun kuantitas, menjaga diri dan menjauhi perbuatan maksiat dan yang melanggar perintah Allah dan RasulNya. 


“Semoga nuansa Ramadhan senantiasa membekas dan memancar dalam hidup dan kehidupan kita pada bulan-bulan di luar Ramadhan, sehingga tujuan ibadah Ramadhan menjadikan manusia sebagai insan takwa  nan suci terus terpelihara dengan baik,” harap pria yang juga Pengawas di jajaran Kementerian Agama Kota Bima ini. (GA. 212*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page