Wakil Ketua DPRD NTB, H Mori Hanafi. |
Mataram, Garda Asakota.-
Terus melonjaknya harga tiket pesawat dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada sektor pariwisata. Kementerian Perhubungan diminta agar segera mencarikan solusi agar harga tiket pesawat tidak terus melonjak naik disaat mulai bangkitnya sektor pariwisata daerah paska hantaman badai Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir.
“Harapan kita tentu ini ada solusi secepatnya, karena kalau terus naiknya begini maka yang paling terdampak ini pariwisata. Belum usai Covid-19 sudah di hantam lagi dengan mahalnya harga tiket pesawat,” ujar Wakil Ketua DPRD NTB, H Mori Hanafi, kepada wartawan, Senin 11 Juli 2022.
Mori mengaku memahami kondisi dunia penerbangan saat ini yang juga harus terdampak akibat tingginya harga bahan bakar pesawat, yakni avtur karena pengaruh perang Ukraina dan Rusia, sehingga harga energi dunia menjadi ikut melambung tinggi. Tingginya harga bahan bakar avtur tersebut, berimbas ke maskapai sehingga harus menaikkan harga tiket.
“Kita tahu harga avtur jadi salah satu penyebab naiknya harga tiket pesawat akibat dampak perang Rusia dan Ukraina. Sementara harga avtur itu paling krusial bagi dunia penerbangan, sehingga mau tidak mau maskapai juga menyesuaikan tiket pesawat,” ucapnya.
Namun demikian, menurut Mori, perlu ada intervensi dari Kementerian Perhubungan untuk mengatasi tinggi harga tiket pesawat tersebut. Salah satunya memberikan subsidi pada dunia penerbangan sehingga harganya bisa lebih murah.
“Subsidi ini penting. Karena kalau ada subsidi dari pemerintah paling tidak bisa membantu maskapai,” katanya.
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) NTB juga mengeluhkan mahalnya harga tiket pesawat ke wilayah itu.
“Harga tiket ini naiknya sudah gila-gilaan,” kata Ketua DPD ASITA NTB, Dewantoro Umbu Joka.
Ia menilai naiknya harga tiket pesawat ini menghambat dan memukul kebangkitan pariwisata di wilayah itu setelah pandemi COVID-19.
“Kami mendesak Pemprov NTB, turun tangan mengatasi melambungnya harga tiket pesawat ini,” ucapnya.
Menurut dia, melambungnya harga tiket pesawat tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata setelah dihantam pandemi Covid-19.
“Harga tiket pesawat ke Lombok sudah naik gila-gilaan. Kenaikannya, sudah enggak masuk akal,” ujarnya.
Ia menyatakan, melambungnya harga tiket pesawat ke Lombok berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Wisatawan akan berpikir ulang berwisata ke Lombok dengan kenaikan harga tiket yang mencapai 100-150 persen.
Umbu memberikan contoh, saat ini harga tiket pesawat dari Bali ke Lombok di atas Rp1 juta. Sebelumnya, harga tiket pesawat dalam kondisi normal rute Bali – Lombok sebesar Rp400 ribu sekali jalan atau Rp800 ribu untuk bolak-balik. Namun sekarang harga tiket pesawat Bali – Lombok di atas Rp1 jutaan.
Begitu juga untuk rute Jakarta – Lombok. Harga tiket pesawat saat ini rata-rata Rp1,3 – Rp1,4 juta sekali jalan. Padahal dalam kondisi normal harga tiket pesawat Jakarta – Lombok paling tinggi Rp800 ribu.
“Harga tiket pesawat yang mahal ke Lombok itu, jelas enggak mendukung kebangkitan sektor pariwisata. Sementara di sisi lain, penerbangan internasional ke Bali sudah cukup banyak,” kata Dewantoro.
Umbu mengaku, sebelum pandemi Covid-19, wisatawan yang datang ke Pulau Bali pasti akan melanjutkan perjalanan ke Lombok. Namun akibat harga tiket pesawat Bali – Lombok yang melambung tinggi, maka wisatawan akan berpikir datang ke Lombok.
“Kalau bisa kebijakan ini ditinjau. Karena ini terjadi di semua daerah. Ini akibat PPKM atau harga avtur, gak jelas. Itu kebijakan pusat. Daerah lain juga mengeluh,” ucap Dewantoro.
Umbu menegaskan, bahwa sektor pariwisata akan sulit bergerak jika harga tiket melambung tinggi. Percuma pemerintah banyak melakukan promosi jika menjualnya susah karena harga tiket yang tinggi.
“Percuma branding-branding saja tapi gak ada wisatawan yang datang. Percuma promosi tetapi gak bisa dijual. Sekarang kita waktunya menjual. Akses ke Lombok agar lebih mudah dan murah,” kata Umbu. (**)