Baru beberapa puluhan menit silam, Kamis (20/3/2025) petang waktu Indonesia dan malam hari waktu Australia, kita menyaksikan tuan rumah Australia menggulung tim nasional Indonesia yang bermandikan pemain naturalisasi. Kita kalah telak 5-1, setelah lawan unggul 4-0 dan 3-0 sebelum turun minum. Kita berharap tidak terlalu muluk-muluk menghadapi Australia ini. Seri saja sudah cukup, seperti yang mampu diperlihatkan Tim Garuda ketika menjamu tim asal benua Kanguru itu, 0-0.
Namun asa publik sepak bola Indonesia tidak sekadar bermain seri, tetapi juga harus memetic poin penuh, 3, dari pertandingan di Sydney tersebut. Pada babak pertama pertandingan, tepatnya paa menit 11. Saat Kevin Dijks gagal menciptakan gol melalui eksekusi penalti “insting” sepak bola saya berdesis. “Kita kalah”.
Masalahnya, peluang emas di depan mata, justru gagal dimanfaatkan.Untung, Ole Romanij berhasil memecahkan telur dengan gol semata wayang pada menit ke-77.
Saya menduga, secara psikologis mental pemain Indonesia langsung ambruk karena kegagalan tendangan penalti Kevin Dijks ini. Apalagi dengan hadirnya gol dari titik penalti pada menit ke-18 melalui Martin Boyle, kian menambah beban tim Garuda. Digeruduk 3 gol pada babak pertama, tidak terlalu mudah bagi tim Garuda untuk bangkit melawan tuan rumah yang memiliki permainan lebih terstruktur.
Mereka memang kalah dalam penguasaan bola. Tetapi ketika memperoleh bola, langsung bisa membongkar pertahanan Indonesia. Lihat saja gol Vellupillay pada menit ke-20. Vellupillay memperoleh umpan lambung dari daerah pertahanannya.
Dia berhasil menguasai bola, melewati pemain belakang Indonesia. Marten Paes yang mencoba menghadang tetapi dia tidak berdaya menyaksikan bola lambung melewati kepalanya. Jalanya bergetar untuk kedua kali.
Gol ketiga pada menit ke-34 melalui Jaksen Irvine merupakan bola mental dari kiper Indonesia Marten Paes yang menggagalkan tendangan pertama. Namun pada saat boleh itu melenting ke dalam, pemain Indonesia gagal menutup ruang Irvine menggetarkan jala Marten Paes ketiga kalinya.
Pada babak kedua, dua gol yang lahir masing-masing dari Luis Miller dan Jackson Irvine bersumber dari tendangan pojok di sebelah kiri gawang Marten Paes. Gol Luis Miller pada menit ke-61 merupakan bola lepas di atas kepala pemain Indonesia yang membentengi gawangnya.
Menjelang jatuh ke tanah, Martin Miller sudah menyambutnya dengan tandukan, membuat Marten Paes memungut bola keempat kalinya.
Begitu pun pada menit ke-90, gol lahir dari tandukan si gondrong Irvine. Bola itu bersumber dari tendangan pojok dari sudut yang sama yang melahirkan gol ke-4. Ironisnya, para pemain Indonesia gagal menghalangi Irvine yang memang jangkung, menanduk bola dan membuat Marten Paes mengambil bola yang kelima di dalam jaringnya.
Catatan lahirnya gol ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi Kluivert dan tim pelatih lainnya menghadapi pertandingan melawan Bahrain. Bahrain hanya takluk 2-0 atas Jepang dalam pertandingan di Tokyo Kamis (20/3/2025) malam.
Sementara Indonesia takluk 0-4 ketika menjamu Jepang di Stadion Utama Gelora Bung Karno 15 November 2024. Bahrain tidak menghadapi tim Indonesia dengan materi pemain yang dulu. Dia akan menghadapi tim berintikan pemain yang masih mencari kepaduan dalam melawan mereka. Setidak-tidaknya video pertandingan melawan Australia akan menjadi bahan pelajaran berharga bagi tim asal Asia Barat ini.
Banyak catatan yang perlu kita sampaikan kepada Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI. Mengganti pelatih dengan sisa empat pertandingan krusial adalah langkah yang sebenarnya harus dipikirkan matang-matang. Shin Tae-yong (STy) yang sudah dikontrak hingga 2027, malah dipotong di tengah jalan dengan menggaet mantan pemain tim nasional Belanda Patrick Kluivert untuk menukangi tim nasional yang didominasi pemain naturalisasi.
Hasil melawan Australia ini benar-benar pahit buat tim Garuda. Pasalnya, ketika menjamu tim ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU GBK) kita mampu menahannya tanpa gol. Kalau pun mungkin di Sydney dengan tim besutan Shin Tae-yong mungkin kekalahannya tidak sebesar ini.
Masalahnya, meskipun Indonesia 60% mampu menguasai jalannya pertandingan, tetapi itu bola hanya bergulir di daerah sendiri. Ketika pemain Indonesia melempar bola jauh melalui umpan-umpan lambung dan panjang, pemain Indonesia tidak bisa mengalahkan pemain Australia yang jangkung membentengi daerahnya dari serangan lawan.
Yang sangat ironis, Patrick Kluivert belum pernah menguji coba tim yang dominan pemain naturalisasi ini dalam pertandingan uji coba sekadar untuk melatih kekompakan dan kerja sama tim. Para pemain yang datang dari berbagai penjuru negara, tempat mereka memperkuat klubnya masing-masing, bertemu dua hari menjelang laga. Kita terlalu percaya bahwa pemain-pemain klub Eropa yang bergabung dengan timnas tidak terlalu sulit beradaptasi jika tampil sebagai satu tim nasional.
Adegium itu mungkin berlaku bagi tim-tim nasional negara lain yang sudah terbiasa tampil bersama, tetapi bagi tim Garuda, pertemuan para pemain naturalisasi ini untuk pertama kali.
Kita terlalu besar mengandalkan keterampilan dan kemampuan individu para pemain naturalisasi. Ini permainan bola yang membutuhkan kerja sama tim yang apik dan serasi. Juga mengandalkan dan percaya Patrick Kluivert bisa berkomunikasi dengan para pemain naturalisasi itu karena kebanyakan dari kklub daratan Eropa. Komunikasi hanya bisa berjalan jika menjelang pertandingan dengan pemain, tetapi setelah di lapangan para pemainlah yang harus saling berkomunikasi.
Bagaimana menciptakan komunikasi antarpemain jika mereka baru bertemu dua hari dan dalam bentuk latihan penyegaran badan dan ringan setelah menempuh penerbangan jauh.
Protes pecinta sepak bola Indonesia atas penghentian kontrak dengan Shin Tae-yong sebenarnya merupakan isyarat bahwa pelatih asal Korea Selatan tersebut sudah bisa menjiwai para pemain yang dilatihnya meskipun harus menggunakan penerjemah.
Masyarakat sepak bola Indonesia melihat ada tanda-tanda baik dialami tim nasional Indonesia di bawah STy. Sambutan penggemar sepak bola Indonesia saat STy meninggalkan Indonesia yang begitu besar menunjukkan bahwa pelatih yang pernah membawa Tim Garuda mengalahkan tim nasional negaranya itu, sangat layak menukangi tim nasional.
Sayang, pecinta tim nasional harus kecewa karena Erick Thohir memutuskan menggaet Patrick Kluivert.
Ketika membaca komentar Patrick Kluivert yang menyebutkan, dia tidak bisa merombak begitu saja tim yang sudah diracik Sty, ini tanda-tanda bahwa pelatih asal Belanda itu sudah membuang bendera putih. Tim yang dikemas STy masih banyak didukung oleh pemain Indonesia dari Liga 1. Beberapa di antara yang pernah dipasang STy, Asnawi Mangku Alam, Pratama Arhan, Jacob Sayuri, tidak masuk dalam tim Patrick Kluivert.
Dengan hasil ini, mungkin Erick Thohir masih menyimpan alasan bahwa para pemain belum padu. Baru tampil bareng bersama. Kita tinggal menyisakan tiga pertandingan penentu.
Bisakah harapan Presiden Prabowo Subianto yang ingin melihat Indonesia tampil di Piala Dunia dengan melihat hasil melawan Australia ini? Sayang, harapan Presiden ini terlambat setelah PSSI menghentikan STy sebagai pelatih tim nasional.
Ada warganet yang berbunyi di media social, kekalahan Indonesia ini merupakan ‘kutusan’ atas pemecatan STy. Saya tidak mau ikut berkomentar seperti itu. Tetapi yang pasti, saya perkirakan, STy ikut bersedih dan prihatin, tim yang pernah diraciknya mengalami kekalahan setelah dia tinggalkan Indonesia (*)