Dirjen SDPPI, Dr Ir Ismail, MT., bersama Pimpinan Ponpes Nurul Hakim, TGH Muharrar Mahfudz dan Civitas Ponpes Nurul Hakim Kediri Lombok Barat, Jum’at 11 Februari 2022. |
Lobar, Garda Asakota.-
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia (RI), Dr Ir Ismail, MT., berkesempatan menggelar acara silaturrahmi dengan jajaran Pengasuh dan Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Hakim Kediri Lombok Barat, Jum’at 11 Februari 2022.
Dalam kesempatan tersebut, Pria yang juga Komisari PT Telkom Indonesia ini, menjelaskan tentang Transformasi Digital dalam kehidupan dan perilaku manusia kontemporer kepada para santri dan pengasuh Ponpes Nurul Hakim.
Berdasarkan hasil survey, dikatakannya, rata-rata Mahasiswa dan ataupun Siswa di Indonesia, menghabiskan waktu selama sembilan (9) jam per hari di depan layar handphone. Atau kalau dirata-ratakan per hari itu ada sekitar sepertiga waktunya yang dihabiskan dihadapan gadget dan kalau rata-rata hidupnya sekitar 60 tahun, maka sekitar 20 tahun waktunya dihabiskan dihadapan gadget.
“Jadi sebagian besar dari waktu kehidupan manusia itu dihabiskan didepan ruang digital. Ruang digital sudah menjadi keniscayaan dan telah mengubah kondisi serta perilaku masyarakat kontemporer. Karena efeknya yang begitu besar, maka hal itulah yang disebut dengan proses transformasi yakni perpindahan kehidupan dari ruang konvensional ke ruang digital,” kata Ismail mengawali diskusi.
Saat sekarang ini, ruang digital telah melakukan perubahan perilaku kehidupan manusia secara revolusioner atau secara cepat. Bukan lagi secara evolusioner, atau perpindahan secara pelan-pelan.
Hal ini tentu saja membawa dampak positif seperti terbukanya ruang pekerjaan baru di dunia digital. Salah satu contoh jadi Muballigh misalnya, juga harus berwawasan digital. Menjadi ahli hukum juga harus berwawasan digital.
Dampak kedua yakni, ikut sertanya UMKM dalam berkompetisi diruang digital. Dampak ketiga, merubah cara manusia belajar menjadi lebih praktis dengan menggunakan ruang digital. Serta banyak lagi aspek kemanfaatan lainnya dari proses transformasi digital ini.
Selain mendatangkan banyak manfaat, ruang digital ini, juga menimbulkan banyak kerugian atau efek negatif. Seperti, ada banyak sisi informasi yang bisa dilihat melalui ruang digital ini, akan tetapi tidak semua informasi tersebut bernilai positif atau benar. Banyak sekali informasi negatif, bahkan yang dilarang oleh agama seperti pornografi, penipuan, dan lain sebagainya.
Jadi disamping banyak hal positif dari transformasi dunia digital ini, juga terdapat hal-hal negatif juga. Akan tetapi, kita tidak bisa membendung arus perkembangan dunia digital ini. Tinggal sekarang adalah bagaimana cara kita agar dapat lebih memaksimalkan hal-hal positifnya dan meminimalkan hal-hal negatif dan berbahaya.
“Yaitu dengan mempertebal iman dan taqwa. Iman dan Taqwa ini adalah sebagai Self Defense kita dalam memproteksi serangan-serangan negatif ruang digital. Selain Self Defense, selanjutnya adalah Family Defense atau ketahanan keluarga.
Keluarga adalah hal yang paling penting dalam memupuk kembali ketika terjadinya pengikisan iman. Baru setelah itu, kita bicara Sistem dan Teknologi yang harus dirancang untuk meminimalisir resiko atau dampak negatif dari ruang digital. Dan Pemerintah melalui Kemenkominfo adalah yang terdepan dalam merancang Sistem dan Teknologi ini,” terangnya.
Sementara soal Literasi Digital, menurutnya, jenjang literasi digital itu bertingkat yakni dimulai dari level paling bawah yaitu level pengguna. Bagaimana seseorang bisa menjadi pengguna yang baik dan sehat. Selanjutnya adalah level intermediate atau level menengah, adalah pembelajaran untuk kalangan mahasiswa tentang bagaimana skenario atau skema perilaku dunia digital.
Setelah itu baru naik pada level Advance, atau level dimana kita harus tempatkan diri kita menjadi tuan rumah atau menjadi pioner dalam membuat aplikasi digital. Aplikasi Digital untuk kebutuhan Indonesia.
“Oleh karenanya, mari kembangkan diri dalam kompetensi ini, lengkapi wawasan dan pemahaman digital itu dari banyak sumber. Belajar memanfaatkan ruang digital ini untuk hal-hal produktif atau yang bermanfaat sekaligus kita juga belajar menghindari hal-hal negatif atau yang membahayakan dari penggunaan teknologi digital ini,” ajak Ismail.
Pantauan wartawan, para santri Ponpes Nurul Hakim terlihat sangat antusias mengikuti pemaparan Dirjen SDPPI. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak pertanyaan santri terkait materi yang disampaikan. (GA. Ese*)